Oen Sin Yang (71) atau yang akrab disapa Goyong, adalah musikus Tionghoa asal kampung Tehyan, Tangerang. Ia kerap memainkan alat musik gambang kromong dalam acara-acara tradisi Tionghoa yang membutuhkan iringan musik.
Selain ahli memainkannya, ia juga bisa membuat tehyan sendiri. Bahan-bahannya banyak dijumpai di pinggir kali dekat rumahnya. Setelah disetel suaranya, alat musik yang terbuat dari batok kelapa, bilah bambu atau kayu, serta dua dawai ini pun siap untuk dijual kepada pemesannya.
"Untuk bikin tehyan, saya nyari barang-barang bekas barang yang kebuang. Batok kelapa saya nyari, kayunya juga saya cari. Yang beli itu saya cuma talinya ya, gesekannya itu benang kenur itu saya yang beli," ujar Goyong dalam program Sosok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang Rp 300 ribu, ada yang Rp 700 ribu, dan ada yang Rp 1,2 juta. Ada tiga macam namanya. Sukong itu besar dia nadanya rendah ya. Tehyan, yang biasa itu buat ondel-ondel di gambang kromong itu Kongahyan. Tapi sekarang orang gatau panggilnya Tehyan aslinya itu Kongahyan cuma orang nggak ada yang tau," jelas Goyong.
Sayangnya, tehyan buatan Goyong tidak selalu laku. Maka, untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan delapan orang anaknya, Goyong giat mencari kerompongan untuk memenuhi kebutuhan istri dan delapan orang anaknya. Tanpa alas kaki, ia kerap berkeliling mencari botol-botol plastik dengan memanggul karung di pundaknya.
Dari hasilnya memulung, satu karung penuh plastik terkumpul setiap hari. Dalam satu minggu, Goyong memperoleh beberapa ratus ribu rupiah dari hasil penjualannya. Hal ini ia lakukan semata-mata karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menunggu paggilan pentas dan seseorang membeli tehyan buatannya.
"Soalnya kan biayanya tahu sendiri ya. Daripada saya bengong, kadang saya buat tehyan juga ya untuk dijual. Saya sudah dari tahun 1970 nyari kerompongan. Bikin tehyan dari tahun 1973," tutur Goyong.
(nis/vys)