BMKG memperbarui data gempa yang terjadi di Pangandaran, Jawa Barat, tadi malam. BMKG memutakhirkan magnitudo (M) gempa tersebut dari M 5,3 menjadi M 5,2. Begini analisis BMKG.
"Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi atau patahan dalam Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya, Jumat (28/1/2022).
Daryono menambahkan hasil analisis menunjukkan gempa memiliki mekanisme kombinasi pergerakan turun mendatar. Hingga saat ini, belum adanya aktivitas gempa susulan.
"Saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami," jelasnya.
Guncangan gempa ini dirasakan di Pangandaran, Cilacap dan Kebumen dalam skala intensitas III-IV MMI. Skala IV artinya gempa dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
"Beberapa warga sempat terbangun merasakan guncangan gempa ini," tutur Daryono.
Sementara itu, gempa dengan skala III MMI dirasakan di Tasikmalaya, Banjar, Ciamis dan skala II MMI dirasakan di Garut dan Periangan.
Skala III artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Lalu skala II yakni getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Diberitakan sebelumnya, gempa M 5,2 dengan kedalaman 10 km itu terjadi pukul 23.03 WIB. Titik koordinat gempa 8,81 Lintang Selatan dan 108,09 Bujur Timur.
Pusat gempa berada di 130 km arah selatan Kabupaten Pangandaran. Gempa tersebut tak berpotensi menimbulkan tsunami.
Getaran akibat gempa M 5,2 itu dirasakan di sekitar wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya. Warga mengaku merasakan getarannya selama beberapa detik.
"Iya getarannya cukup terasa, sekitar 10 detik," ujar Adji, warga Cigalontang, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya saat dihubungi.
(isa/zak)