Tragis kisah cinta Joko Lancur dan Siti Amirah yang tak bisa bersatu melegenda. Konon, pantangan itu masih berlaku bagi desa Golan dan Mirah di Ponorogo sebagai asal cerita kedua insan itu bermula.
Dikisahkan turun-temurun bermula dari seorang pemuda Desa Golan bernama Joko Lancur alias Supeno mendatangi Desa Mirah untuk sabung ayam. Jagoan miliknya yang kalah, lari ke dapur Siti Amirah.
Ternyata langkah ayam itu menuntun nya bertemu Siti. Cinta pandangan pertama pun terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayam tadi oleh Siti Amirah dimandikan di sumur rumahnya, Joko Lancur yang mengikuti ayam itu pun terkesima dengan kecantikan Siti Amirah, keduanya pun jatuh cinta," kata seorang penggiat seni dan sejarah, Sudirman kepada detikJatim, Minggu (23/1/2022).
Cintanya terhadap Mirah justru membuat Joko murung. Perubahan sikap Joko membuat ayahnya Ki Ageng Hanggolo bertanya-tanya.
"Ternyata anaknya jatuh cinta dengan anak Ki Ageng Mirah," ucap Sudirman.
Ki Ageng Honggolono merupakan tokoh yang disegani beragama Hindu. Dia orang kepercayaan Ki Gede Surya Ngalam atau Ki Ageng Kutu yang berseberangan dengan Ki Ageng Mirah.
Sementara Ki Ageng Mirah tangan kanan Batoro Katong Raja Wengker, cikal-bakal Kabupaten Ponorogo dan beragama Islam. Tentu, kisah cinta anaknya ditentang Ki Ageng Mirah.
"Ki Ageng Mirah tahu anaknya jatuh cinta dengan anak Ki Ageng Honggolono. Namun dia tidak berani menolak secara terang-terangan," jelas Sudirman.
Ibarat menolak secara halus, Ki Ageng Mirah mengajukan sejumlah persyaratan untuk mendapatkan restunya. Syarat pertama dalam satu malam sawah di Desa Mirah harus dialiri. Padahal waktu itu musim kemarau.
"Syarat pertama dipenuhi dengan mudah oleh Ki Ageng Honggolono yang memerintahkan buaya berjajar di tambak, makanya sekarang adanya Tambakboyo," tutur dia.
Syarat kedua adalah karung berisi padi dan kedelai harus datang sendiri dari Golan ke Mirah tanpa digotong manusia. Ketika syarat kedua juga dipenuhi, Ki Ageng Mirah justru menyebut karung itu bukan berisi padi, melainkan jerami, sedangkan kedelai yang datang merupakan kulit kedelai.
"Ki Ageng Honggolono pun marah karena merasa dipermalukan," imbuh dia.
![]() |
Singkat cerita, akhirnya Siti Mirah meninggal dunia, sementara Joko Lancur pun bunuh diri karena tidak kuat melihat kekasihnya mati. Kisah tak pernah menyatu hingga akhir hayat.
Ki Ageng Honggolono semakin murka dengan kematian anaknya. Ia lalu mengeluarkan mengucap sumpah:
"Wong Golan lan wong Mirah ora oleh jejodhoan. Kaping pindo,isi-isine ndonyo soko Golan kang ujude kayu, watu, banyu lan sapanunggalane ora bisa digowo menyang Mirah. Kaping telu, barang-barange wong Golan Karo Mirah ora bisa diwor dadi siji. Kaping papat, Wong Golan ora oleh gawe iyup-iyup saka kawul. Kaping limone, wong Mirah ora oleh nandur, nyimpen lan gawe panganan soko dele". (Warga Desa Golan dan Mirah tidak boleh menikah. Segala jenis barang dari Desa Golan tidak boleh dibawa ke Desa Mirah dan sebaliknya. Segala jenis barang dari kedua Desa Golan dan Mirah tidak bisa dijadikan satu. Warga Desa Golan tidak boleh membuat atap rumah berbahan jerami Warga Desa Mirah tidak boleh menanam, membuat hal apa pun yang berkaitan dengan bahan kedelai).
"Dari sumpah itulah hingga kini masih diyakini oleh warga kedua Desa Golan-Mirah tersebut sebagai sesuatu yang sakral," ungkap Sudirman.
Simak juga 'Terancam Tenggelam, Makam Warga di Waduk Bendo Dipindah':
Pantangan Golan-Mirah Masih Dipercaya
Sudirman mengaku beberapa kali menemukan peristiwa berkaitan pantangan Golan-Mirah. Kisah pertama dialaminya sendiri yang kebetulan istrinya berasal dari Desa Golan.
Saat itu, ia membantu masak di rumah kakak sepupu, tapi ternyata masakan itu tidak matang-matang. Padahal gas dan api yang keluar tidak ada gangguan.
"Ternyata ada tamu yang berasal dari Mirah, masakan tadi tidak matang. Padahal sudah banyak tamu yang datang, akhirnya tamu tadi setelah selesai dipersilahkan kembali. Selepas tamu itu pergi kemudian masakan di dapur pun bisa matang dan disajikan ke tamu undangan," jelasnya.
Kisah lainnya diceritakan istrinya bekerja sebagai perias pengantin di Desa Golan. Pengantin tersebut menikah dengan pria idamannya, tapi tak lama berselang bercerai.
"Ternyata pengantin pria ada keturunan dari Mirah, keduanya harus berpisah karena taruhannya nyawa," imbuh dia.
Cerita terakhir saat motor Sekdes Golan yang dirusak diperbaiki di bengkel pinggir jalan. Mekanik mencoba memperbaikinya berulang kali, motor tersebut tidak bisa dibongkar.
"Terus diajak ngobrol, ternyata dia Carik Golan. Akhirnya mekaniknya menyerah bilang tidak bisa memperbaiki karena berasal dari Desa Mirah," terang dia.
Melihat legenda Golan Mirah yang melekat di masyarakat dua desa tersebut, ia berpesan ke depan agar selalu berhati-hati dalam bersikap, bertindak dan berucap.
"Karena kata-kata adalah doa, pujian, dan harapan. Harusnya kata-kata yang keluar baik saja," pungkasnya.
Peninggalan kisah cinta mereka berupa ayam jago, Siti Amirah dan Joko Lancur yang diberi nama Setono Wungu berada di Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.
Artikel ini telah tayang di detikJatim. Untuk informasi dan berita seputar Surabaya, Malang, dan daerah-daerah di Jatim, klik di sini www.detik.com/jatim.