Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) merangkum sejumlah refleksi perjalanan bangsa Indonesia sepanjang 2021. Dalam refleksinya, ICMI membahas hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pandemi, demokrasi, serta pemulihan ekonomi Indonesia.
ICMI beranggapan perlu adanya penguatan sinergi dan kerja solid antarsesama anak bangsa. Sebab, Indonesia perlu kembali menata agenda-agenda pertumbuhan hingga peningkatan.
"Menata kembali agenda pertumbuhan dan peningkatan. Selanjutnya, kita membutuhkan penguatan sinergi dan kerjasama yang solid antara anak bangsa," ujar Ketua Umum ICMI Arif Satria dalam keterangannya, Minggu (2/1/20210).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif berkata bangsa Indonesia telah membuktikan diri dapat bertahan melawan pandemi COVID-19 di tahun 2021. Setelah berhasil bertahan atau survival mode, Arif menyebut Indonesia kini harus beralih ke creative mode.
"Indonesia membuktikan ketahanannya menyongsong pengujung Tahun 2021 dengan pencapaian signifikan dalam penanganan pandemi. Setelah menjalani survival mode, kita beralih ke creative mode," ujar Arif.
Dalam keterangannya, Arif menyajikan 10 refleksi perjalanan bangsa Indonesia di tahun 2021 serta sejumlah harapan di tahun 2022 mendatang. Berikut refleksi yang dirangkum oleh ICMI:
1. Pancasila sebagai ideologi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan fondasi untuk menentukan arah perjuangan bangsa. Untuk itu, ICMI mengajak seluruh komponen bangsa agar terus memperkuat niai-nilai Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
2. ICMI berpandangan, pandemi COVID-19 telah mengubah tatanan kehidupan tidak saja pada tingkat lokal melainkan hingga pada tingkat global, baik di bidang ekonomi maupun sosial budaya. Untuk itu, ICMI mengajak seluruh komponen bangsa agar terus-menerus menggalang kekuatan ekonomi, sosial budaya yang mampu memperkuat kepedulian, dan kohesivitas sosial dalam memulihkan ekonomi berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini mengingat salah satu faktor suksesnya penanggulangan COVID-19 di Indonesia adalah karena kekuatan modal social kita. Solidaritas sosial dan gotong royong adalah kunci kekuatan kita menghadapi krisis pandemi.
3. Dalam membangun demokrasi, mengelola perbedaan pendapat, termasuk dalam penegakan hukum harus tetap mengedepankan kaidah-kaidah kemanusiaan, persaudaraan dan pertimbangan keutuhan bangsa dalam bingkai Pancasila. Mari kita hindari tindakan kekerasan dan represif yang dikuatirkan akan menimbulkan luka bangsa yang berkepanjangan.
4. Dalam penyusunan, pembahasan, dan evaluasi peraturan perundang undangan, baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, akan lebih baik melibatkan seluruh organisasi kemasyarakatan terkait penindakan terorisme, separatisme, intoleransi, perundungan, kekerasan seksual yang melanggar norma agama dan kesusilaan, sesuai peraturan perundang undangan dan nilai nilai spiritual yang berlaku di seluruh Indonesia.
5. Kehidupan beragama di Indonesia dijamin dalam konsitusi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 29 UUD 1945. Untuk itu, jaminan kebebasan dan kemerdekaan beragama oleh negara harus diimplementasikan dalam kerangka toleransi (tasamuh) untuk mewujudkan rasa keadilan masyarakat, sehingga pemeluk agama tertentu tidak tertuduh stigma sekulerisme, radikalisme, dan fundamentalisme.
6. Pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi COVID-19 harus menjadi prioritas utama, karena semakin tingginya angka kemiskinan. Untuk itu, Pemerintah, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, LSM, dan seluruh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar bersinergi, dan berkolaborasi untuk memulihkan ekonomi nasional dengan mengutamakan sumberdaya lokal
7. Peluang Indonesia bersaing di masa depan makin terbuka, ketika semua negara di dunia masih terus belajar mengenai aspek teknologi, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain dalam menghadapi berbagai situasi pasca-pandemi COVID-19. Peluang ini bisa diraih dengan guyubnya para cendekia yang mengutamakan gagasan inovatif.
8. Inovasi adalah kunci pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Sejarah membuktikan bahwa inovasi-inovasi disruptif muncul di saat krisis, sebagaimana terjadi pada Perang Dunia II dengan munculnya mesin jet, komputer, dan radar yang telah mengubah dunia. Oleh karena itu, kini saatnya para cendikia Indonesia untuk terus berikhtiar menemukan dan mengembangkan inovasi-inovasi baru yang dapat menjadi penentu kecenderungan global. Kita harus optimis dan percaya diri untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Inovasi dirgantara yang dirintis oleh pendiri ICMI Bapak BJ Habibie membuktikan bahwa Indonesia bisa. Mestinya inovasi tersebut dapat menjadi penyemangat bagi tumbuhnya inovasi-inovasi di sektor strategis lainnya.
9. Setiap krisis membuktikan bahwa sektor agromaritim adalah sector yang tahan banting dan menjadi penyelamat ekonomi nasional, termasuk dalam masa pandemi COVID-19 ini. Oleh karena itu, ICMI berpandangan bahwa pandemi ini merupakan momentum untuk semakin memperkuat sector agromaritim untuk kemandirian pangan. Data menunjukkan bahwa desa-desa Indonesia masih didominasi sector pertanian (86 persen) dan masih menjadi kantong kemiskinan. Masih ada 25,5 persen desa yang tertinggal dan sangat tertinggal. Dengan adanya komitmen kita untuk memperkuat sector agromaritim maka kita pun dituntut untuk semakin memperkuat desa. Dengan demikian, inovasi-inovasi pedesaan harus terus kita dorong agar desa makin tumbuh dan maju dan sekaligus dapat mengatasi problem kemiskinan dan ketimpangan yang ada.
10. ICMI berharap tahun 2022 akan lebih cerah dengan strategi pemulihan ekonomi yang tepat. Ekonomi diharapkan tumbuh di atas 5 persen, investasi meningkat, terbuka lapangan pekerjaan, dan menghindari PHK dengan mendistribusikan pembangunan untuk memperoleh kesempatan mendapatkan penghasilan, menerapkan sungguh-sungguh paket perekonomian yang diluncurkan pemerintah, meluncurkan kredit murah untuk usaha koperasi dan UMKM. Ketahanan pangan makin ditingkatkan, pengelolaan energi dan sumber daya alam dikelola untuk kemaslahatan, dan BBM serta energi disesuaikan dengan harga yang terjangkau.
(rak/imk)