Sudah 14 tahun Tidak Terlihat Jejak Badak di Riau

Sudah 14 tahun Tidak Terlihat Jejak Badak di Riau

- detikNews
Rabu, 03 Mei 2006 23:44 WIB
Pekanbaru - Diperkirakan sudah 14 tahun di Riau tidak terlihat jejak Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis). Terakhir jejak badak terlihat di kawasan hutan lindung Mahato Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau pada tahun 1992 silam. Bertanda sudah punah? "Laporan dari masyarakat yang kita terima, jejak badak terakhir terlihat di kawasan hutan lindung Mahato tahun 1992. Hingga sekarang sudah 14 tahun kita belum pernah mendapat laporan ditemukan jejak badak. Apakah itu bertanda punah, saya pun tidak tahu pasti," kata Aktivis WWF Riau, Nucahlis Fadli kepada detikcom, Rabu (03/05/2006) di Pekanbaru. Fadli menjelaskan, Badak Sumatera tergolong jenis badak di dunia yang langka. Jejak badak bercula satu memang pernah ditemukan 14 tahun silam di hutan lindung Mahato. Namun, kini hutan lindung Mahato sudah porak-poranda. Sebagian besar menjadi perkebunan kelapa sawit dan perkampungan penduduk. "Kalau kondisi hutan lindung saja sudah beralih fungsi, bagaimana bisa menjamin masih ada badak Sumatera di sana. Habitat badak yang terus terusik dari perluasan kebun sawit, HPH dan perkampungan merupakan ancaman serius kelangsungan badak itu sendiri," urai Fadli.Di era 80-an, tutur Fadli, pemerintah Indonesia pernah membuat program untuk menangkap badak di Riau, Jambi, dan Bengkulu. Program ini awalnya sebagai upaya penyelamatan Badak Sumatera dari ancaman perluasan HPH serta perkebunan sawit. Perluasan HPH, Hutan Tanaman Industri, perkebunan sawit dan ilegal logging, merupakan ancaman serius. Belum lagi perburuan liar yang ramai di kawasan hutan alam Sumatera. Itu sebabnya, pemerintah melakukan program penangkapan badak Sumatera untuk ditangkarkan di kebun binatang."Waktu itu badak diburu pemerintah. Dengan harapan Badak Sumatera bisa dilestarikan di berbagai kebun binatang di Indonesia dan Amerika. Program itu dilakukan demi mengatasi perburuan liar dan ancaman kepunuhan dari habitat badak yang dikonversi. Namun sayang, program penangkaran Badak Sumatera tidak berjalan mulus," kata Fadli. Koleksi Badak Sumatera di kebun binatang sama sekali tidak bereproduksi. Lebih mengenaskan lagi, 60 persen koleksi beberapa kebun binatang mati karena karena faktor nutrisi dan kecelakaan dalam proses perkawinan. "Kalau tidak salah, hanya satu Badak Sumatera yang berhasil ditangkarkan, itu pun ada di Amerika," kata Fadli. Menurut Fadli, ahli badak meyakini Badak Sumatera memang sulit ditangkarkan di luar habitatnya. Ruangan gerak yang sempit dan kurang alami yang ada di kebun binatang merupakan penyebab utamanya. Di alam bebas badak jantan dan betina betul-betul terpisah hampir sepanjang waktu, kecuali selama masa kawin. "Maka seharusnya pemisahan jantan dan betina harus semirip mungkin dengan apa yang terjadi di alam," tandas Fadli. (bal/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads