"Jadi bagi NU, bagi PKB, bahwa politik atau presiden dan wakil presiden itu panggilan dari pengabdian," kata Waketum PKB Jazilul Fawaid pada acara rilis survei Politika Research and Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) secara daring, Senin (27/12/2021).
"Bagi NU, kepemimpinan itu bagian dari pengabdian, itu bagian dari ibadah," lanjut dia.
Baca juga: PDIP: Koalisi di Pilpres 2024 Keniscayaan |
Jazilul mengatakan selalu ada nuansa NU dari setiap figur politikus yang berkontestasi di pilpres. Meski begitu, dia menekankan bahwa NU secara organisasi tak terlibat dalam politik praktis.
"Setiap periode itu selalu ada yang berbau-bau NU dan itu bukan resmi bagian dari rekomendasi atau pekerjaan yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama," ucapnya.
Soal Gus Yahya yang ingin NU tak aktif bermain dalam kontestasi politik praktis pada Pilpres 2024, Jazilul mengaku dapat memahami. Namun, di luar organisasi PBNU, dia yakin NU akan tetap berperan.
"Saya memahami apa yang disampaikan oleh Gus Yahya setelah terpilih, ini semacam ada pemurnian dalam konteks organisasi kepemimpinan di NU agar tidak terfokus pada urusan pilpres. Itu secara organisasi," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Gus Yahya menyampaikan akan menerapkan kebijakan agar Ketua Umum PBNU ke depan tidak ikut terlibat dalam kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden. Hal ini agar ke depan NU dapat kembali berperan sebagai penyangga sistem bagi keutuhan NKRI.
"Nahdlatul Ulama harus kembali sebagai penyangga sistem. Bahaya politik identitas ini sulit dicegah karena para politisi instan pasti akan selalu mencari sumber daya instan untuk mendapatkan dukungan. Cara paling instan yang mudah didapat adalah dengan memainkan identitas, terutama agama. Ini bahaya," kata Gus Yahya kepada tim Blak-blakan detikcom, Kamis (15/10) lalu.
Lihat juga Video: Yahya Cholil Staquf Jadi Ketum PBNU, Ganjar Teringat Sosok Gus Dur
(tor/tor)