Banyak suara yang menginginkan pemerintah membuat jembatan permanen di tempat jembatan perahu milik H Endang. Dengan demikian, nantinya, warga yang melintas tidak perlu membayar lagi alias gratis.
Lalu bagaimana tanggapan H Endang selaku pemilik jembatan perahu yang menghubungkan Desa Anggadita dengan Desa Parung Mulya di Karawang, Jawa Barat, ini?
"Saya mah kalau pemerintah mau bangun, silakan saja, cuma ya paling saya bagaimana nasib karyawan saya yang hampir 40 orang. Karena di sini orang tanpa batasan usia, pendidikan," ujar H Endang dalam program Viral di detikcom.
Karyawan H Endang bertugas merawat jembatan perahu agar tetap aman dilintasi warga. Selain menjaga pungutan retribusi, mereka jugalah yang memantau pergerakan air Sungai Citarum.
Lebih lanjut H Endang mengatakan keberadaan jembatan perahu miliknya ini sudah membantu program pemerintah. Antara lain mengurangi kemacetan dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
"Mengurangi kemacetan. PAD insyaallah lancar, karena industri (pabrik) karyawan lewat sini lebih cepat, selisihnya sekitar 20 menit. Kalau dia pakai jalur utama, minimal 1 jam. Bahkan ada beberapa perusahaan yang komplain karena kita tutup selama dua hari," ungkap H Endang.
Jembatan perahu ini jugalah yang membuat perekonomian warga di sekitarnya menjadi hidup. Banyak warung atau tempat buka di pinggir jalan yang dilintasi pengendara motor.
"Dulu kan jalannya buntu, dusun yang terisolasi. Karena ada jalan ini, alhamdulillah ekonomi hidup. Dulu jam 18.00 WIB udah kayak di hutan aja," kenang H Endang.
Dari jembatan perahu ini, H Endang bisa mendapat minimal Rp 25 juta dari kurang-lebih 10 ribu pengendara motor yang melintas. Mereka dikenai bayaran Rp 2.000 untuk melintas jembatan perahu yang dibuat H Endang secara otodidak ini.
Saksikan juga: Resign dari Pramugari, Demi Total Merawat ODGJ
(gah/gah)