Usulan duet Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam dan Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU mencuat di sidang pleno dengan agenda laporan pertanggungjawaban kepengurusan PBNU. Sejumlah PWNU diklaim sepakat memilih Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam dan Yahya Cholil Staquf menjadi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.
"Menyepakati untuk mengusulkan kepada AHWA (ahlul halli wal aqdi) bahwa nama KH Miftachul Achyar sebagai calon Rais Aam dan kepada muktamirin nama KH Yahya Cholil Staquf sebagai calon Ketua Umum PBNU," ujar Katib Syuriah PWNU Jatim, Safruddin Syarif saat membacakan pandangan umum perwakilan 25 PWNU di GSG kompleks UIN Raden Intan, Bandar Lampung, seperti dalam keterangan tertulis, Kamis (23/12/2021).
Syafruddin menilai sosok Miftachul dan Gus Yahya tepat untuk menakhodai PBNU lima tahun mendatang. Kedua tokoh itu dianggap pasangan yang tepat untuk memajukan NU menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami 25 PWNU akan terus mengawal hingga sidang pemilihan nanti. Tentu dukungan ini sangat memungkinkan akan terus bertambah melihat dinamika di muktamar," ujar Syafruddin.
Dalam kesempatan itu, 25 PWNU se-Indonesia juga menyampaikan terima kasih atas khidmat dan pengabdian jajaran PBNU periode 2015-2020. Selama periode ini, 25 PWNU mengaku ada banyak program dan kegiatan positif yang telah dilakukan. Meski demikian, periode ini juga disebut menyisakan beberapa catatan untuk perbaikan organisasi di masa mendatang.
"Terima kasih atas amanah yang telah dilakukan. Kami berharap catatan-catatan yang ada akan jadi spirit kepengurusan mendatang untuk berkhidmat lebih baik," ujarnya.
Sementara itu, Yahya Staquf mengaku optimistis bisa disetujui oleh Rais Aam. Dia menegaskan bukan penjahat.
Simak video 'Jelang Pemilihan Ketum PBNU, Gus Yahya Klaim Kantongi 447 Suara':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Saya sangat optimis karena saya bukan penjahat. Kiai-kiai, semua kiai-kiai ini siapapun Rais Aam, saya yakin tidak keberatan dengan saya," ujar Yahya dalam jumpa pers di UIN Raden Intan.
Yahya juga berbicara soal musyawarah dalam Muktamar NU. Namun, kata Yahya, AD/ART juga memungkinkan adanya sistem pemilihan langsung.
"Musyawarah mufakat itu amanah konstitusi amanat AD/ART bahwa setiap keputusan dibuat melalui musyawarah mufakat. Nah tapi AD/ART membikin jalan apabila tidak dengan musyawarah mufakat maka dilakukan pemungutan suara ini normal saja di dalam organisasi nggak masalah di mana-mana juga begitu," ujar Yahya.