Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menyebut hanya di Indonesia ada ulama yang nasionalis. Dia bercerita mengenai agama dan nasionalisme yang ada di negara Arab dan Indonesia.
Mulanya, Said menekankan bahwa betapa berharganya Pembukaan UUD 1945 yang dimiliki rakyat Indonesia. Pasalnya, konstitusi yang ada di negara Arab, kata Said, tidak memberi tempat bagi agama.
"Belasan tahun hidup di Arab membuat saya menghayati arti penting NU untuk Indonesia dan dunia. Dengan segala hormat, di Arab agama sedari awal tidak menjadi unsur aktif dalam mengisi makna nasionalisme. Bila Anda membaca sejarah dan naskah konstitusi negara-negara Arab, Anda akan segera tahu betapa mahal dan berharga naskah Pembukaan UUD 1945 yang kita punya," kata Said dalam sambutannya di pembukaan Muktamar ke-34 NU di Pesantren Darussa'adah, Lampung, Rabu (22/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai para pejuang agama di negara Arab bukanlah seorang yang nasionalis. Said pun lalu mencontohkan KH Hasyim Asy'ari yang punya semangat nasionalis dan juga merupakan seorang ulama.
"Di Arab, pejuang nasionalis bukan pejuang agama, pejuang agama bukan pejuang nasionalis. Di Indonesia KH Hasyim Asy'ari pejuang Islam dalam waktu yang sama pejuang nasionalis," jelas Said.
Said mengatakan hal tersebut pulalah yang menjadi penyebab lahirnya konflik di negara-negara Arab. Sebab, agama dan nasionalis kerap bersinggungan satu sama lain.
"Di Timur Tengah, tak banyak kita jumpai ulama yang nasionalis, sebagaimana sangat jarang kita temukan kaum nasionalis yang sekaligus ulama. Sebagai akibatnya, nasionalisme dan agama sering kali bertentangan, lalu lahirlah satu demi satu konflik-konflik sektarian," kata Said.
"Belum dipertemukan antara titik temu Islam dan semangat nasionalisme. Apa yang kita saksikan di Palestina, Myanmar, Rohingya, Israel, Somalia, Suriah, Yaman, hingga Afghanistan adalah rangkaian ketidaktuntasan menjawab tantangan zaman," imbuhnya.
(rak/isa)