Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sungai Penuh melaporkan ada 70 rumah warga di tiga kecamatan di Kota Sungai Penuh, Jambi, yang terendam banjir. Banjir itu sudah berlangsung sejak Kamis (16/12) sore.
"Kejadian banjir terjadi pada Kamis (16/12) pukul 17.00 waktu setempat. Banjir tersebut dilaporkan merendam 70 rumah warga di tiga kecamatan yang ada di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi," ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari melalui keterangan tertulis, Senin (20/12/2021).
Adapun tiga kecamatan terdampak yang dimaksud adalah Kecamatan Koto Baru, Kecamatan Hamparang Rawang, dan Kecamatan Sungai Penuh. Muhari mengatakan kawasan tersebut dilanda hujan teras sejak 4 hari lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kawasan tersebut dilanda hujan dengan intensitas tinggi sejak Kamis (16/12)," ucapnya.
Lebih lanjut, Muhari menjelaskan kejadian tersebut mengharuskan 33 KK mengungsi ke rumah kerabat yang lebih aman. BPBD Kota Sungai Penuh memastikan kebutuhan logistik makanan siap saji untuk para pengungsi telah terpenuhi.
Selain pengungsi, kata Muhari, banjir juga berdampak pada sektor pendidikan dan kesehatan di wilayah tersebut. BPBD masih melakukan pendataan terhadap bangunan-bangunan yang terendam banjir.
"Hingga saat ini, BPBD bersama instansi terkait masih melakukan pendataan terkait jumlah sarana dan prasarana publik yang terdampak akibat banjir," tutur Muhari.
Muhari mengungkapkan banjir di tiga kecamatan di Kota Sungai Penuh masih berlangsung sampai hari ini. Dia menyebut hujan deras jadi penyebab banjir itu tak kunjung surut sejak empat hari lalu.
"Hingga saat ini, Senin (20/12) Kota Sungai Penuh masih dilanda banjir dengan cuaca terpantau di lapangan masih sering terjadi hujan," katanya.
Muhari menjelaskan BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk mewaspadai dampak bencana hidrometeorologi. Pemerintah daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
"Langkah-langkah kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan memonitor secara mandiri peringatan dini dari BMKG dan mengetahui potensi bahaya bencana melalui inaRisk. Masyarakat juga diminta secara berkala melakukan pembersihan drainase air dari sampah," imbuh Muhari.
(drg/jbr)