Beda Arief Poyuono-Refly Harun soal 'Haruskah Presiden Orang Jawa?'

Beda Arief Poyuono-Refly Harun soal 'Haruskah Presiden Orang Jawa?'

Firda Cynthia Anggrainy Al Djokya - detikNews
Minggu, 19 Des 2021 17:32 WIB
Diskusi Total Politik
Diskusi Total Politik (Firda/detikcom)
Jakarta -

Politikus Gerindra Arief Poyuono blak-blakan soal penilaiannya terhadap sosok presiden mendatang. Menurutnya, sosok yang memenangi kontestasi Pilpres 2024 harus dan pasti keturunan suku Jawa.

"Presiden harus dan pasti orang Jawa. Yang lain boleh mencalonkan, tapi percuma. Habis nanti karena ada 20 persen presidential threshold-nya, karena akan kalah," ujar Arief dalam acara diskusi Total Politik bertajuk 'Haruskah Presiden Indonesia Orang Jawa?' di Cikini, Jakarta Pusat (Jakpus), Minggu (19/12/2021).

Lebih lanjut, Arief menyinggung sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dia membandingkan sosok Anies yang dikenal seorang keturunan Timur Tengah dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang merupakan keturunan suku Jawa tulen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anies itu Timur Tengah, nggak bisa disebut orang Jawa. Kalau Mas Anies ini kan ayahnya yang Timur Tengah. Berbeda dengan Ganjar. Airlangga, Jawa. Jadi apa pun, Tuhan sudah menentukan bahwa bangsa ini mayoritas bangsa ini orang Jawa walaupun pulaunya paling kecil," katanya.

Sementara itu, pakar hukum tata negara Refly Harun memiliki pandangan lain. Refly melihat, ke depan, masyarakat akan memiliki pemikiran yang lebih maju dengan memilih pemimpin tanpa melihat asal sukunya. Menurutnya, masyarakat akan lebih rasional dan memilih pemimpin berdasarkan kapabilitasnya.

ADVERTISEMENT

"Ke depan bangsa kita ini pasti lebih maju cara pandang dan cara berpikirnya, tidak tradisional lagi, bukti yang tadi jebol semua. (Kriteria) sipil, militer, jebol. Kemudian, islam, nasionalis, jebol. Nanti kriteria harus Jawa itu akan jebol juga. Orang akan rasional melihat calon presiden yang memang betul-betul capable," ujar Refly dalam kesempatan yang sama.

Dia merujuk pada survei KedaiKopi yang menyebut bahwa responden menginginkan sosok presiden yang dinilai berdasarkan kapasitasnya.

"Apalagi saya baca survei KedaiKopi sebelum datang ke sini, satu variabelnya memang mereka menginginkan calon presiden yang punya kapasitas," lanjutnya.

Berdasarkan survei KedaiKOPI yang dirilis pada Minggu (19/12/2021), tercatat sebanyak 61 persen responden berkeinginan memilih calon presiden bukan dari suku Jawa. Sementara sisanya tak ingin memilih calon presiden bukan dari suku Jawa.

Lebih lanjut, survei itu menemukan bahwa mayoritas alasan responden berkeinginan memilih calon presiden bukan dari suku Jawa karena semua suku sama dan semua orang memiliki kesempatan yang sama.

Survei itu digelar pada periode 16-24 November 2021 dengan melibatkan 1.200 responden berusia 17-65 tahun. Metode survei menggunakan face to face interview (home visit) dengan error sampling Β±2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

(imk/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads