Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai Waketum MUI Anwar Abbas jujur menyebut Presiden Jokowi humanis dan tak antikritik. Mardani menyebut persepsi Jokowi yang antikritik justru muncul karena sikap para buzzer.
"Buya Anwar Abbas ulama yang jujur. Pernyataannya tentang Pak Jokowi jujur dan saya yakin itu datang dari hati," kata Mardani saat dihubungi, Rabu (15/12/2021).
Mardani menyebut PKS selama ini meyakini Jokowi memang tidak antikritik. Namun, menurutnya, justru buzzer yang selama ini membentuk persepsi seakan Jokowi sosok yang antikritik dan tidak humanis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak buzzer yang tidak humanis dan sangat antikritik. Dan itu bisa jadi membentuk persepsi Pak Jokowi yang antikritik dan tidak humanis," ujarnya.
Anwar Abbas Sebut Jokowi Humanistik dan Tak Antikritik
Sejumlah pihak menafsirkan Presiden Joko Widodo marah ketika menjawab sejumlah kritik Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas. Di Kongres Ekonomi Umat Islam II, Jumat (10/12) lalu, Jokowi akhirnya berbicara tanpa teks untuk menjelaskan soal penguasaan lahan dan isu lainnya.
"Kalau kata ahli gestur beliau marah. Kalo kata ahli psikologi beliau marah. Tapi kan orang Itu menganalisa tidak mengalami. Yang mengalami kan saya," kata Anwar Abbas saat berbincang dengan Tim Blak-blakan detikcom, Selasa (14/12/2021).
Alih-alih marah seperti ditafsirkan ahli psikologi, dia justru melihat Jokowi terinspirasi dan senang sekali dengan kritik-kritik yang disampaikan dirinya. Dia acara kongres itu Presiden Jokowi seperti mendapatkan momentum untuk bicara bebas.
Anwar juga memuji Jokowi ketika berpolitik benar-benar menyentuh masyarakat bawah dengan rajin blusukan. Sebab, menurutnya, pemimpin yang baik itu harus dekat dengan rakyatnya.
Ia pun berkesimpulan jika Jokowi sangat humanistik dan tidak antikritik. "Kalau ada orang yang mengatakan beliau antikritik saya bingung juga. Makanya untuk meyakinkan saya bahwa pak Jokowi itu antikritik, dia berdebat dengan saya," tutup Anwar.
Simak Video 'Blak-Blakan Anwar Abbas: Saya Berpolitik dan Nyinyir':