Sejumlah Pejabat & Artis Menjadi Kerabat Kraton Surakarta
Sabtu, 29 Apr 2006 23:06 WIB
Solo - Belasan tokoh dari menteri hingga artis, Sabtu (29/4/2006) ini, berada di Solo. Kehadiran mereka tersebut terkait dengan penganugerahan gelar dari Kraton Surakarta. Dengan gelar tersebut 15 nama dinyatakan sebagai kerabat kraton.Gelar bangsawan itu diberikan oleh Kraton Surakarta di bawah kepemimpinan Paku Buwono (PB) XIII Tedjowulan. Seperti diketahui hingga saat ini kepemimpinan Kraton Surakarta masih terpecah sepeninggal Paku Buwono XII. Dua putra PB XII yaitu Hangabehi dan Tedjowulan bersama masing-masing pendukung menyatakan diri sebagai PB XIII. Karena hingga saat ini kompleks Kraton Surakarta masih dikuasai kubu Hangabehi maka penganugerahan gelar itu dilakukan di Ndalem Wuryoningratan Jl Slamet Riyadi, Solo. Rumah tersebut milik Santosa Dullah, seorang kerabat kraton yang juga pemilik perusahaan batik Danar Hadi. Dalam upacara yang berjalan sangat cair itu, 15 orang diangkat sebagai sentanadalem atau kerabat raja. Mereka adalah Menneg Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta beserta suaminya Sri Edhi Swasono, Menneg Pemuda dan Olahraga Adyaksa Dault dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Lalu Hakim Agung MA Timur Manurung, mantan Ketua BPPN I Putu Gde Ary Suta, Pemilik Grup Danar Hadi Santosa Dullah, Sultan Pontianak Mardan Adijaya Ibrahim, Dirut Lion Air Rusdi Kirana, Dirut Pemasaran Indosiar Harry Pramono, Wabup Gianyar Dewa Putu Wardana. Selain itu juga terdapat nama mantan Pemred Suara Pembaruan Bondan Winarno, artis senior Titik Puspa, Puteri Indonesia 2005 Nadine Chandrawinata dan GM Damai Lovina Villas Bali Glenn John Knape. Ada juga sejumlah tokoh dan artis yang menerima gelar kategori abdidalem anon-anon atau gelar sebagai abdi kraton karena keahliannya. Di antaranya adalah pelawak Tarsa, artis Pong Hardjatmo dan sejumlah nama lainnya. Selain itu ada dua tokoh yang diberi lencana Sri Kabadya (bintang jasa utama kraton) yaitu Sutiyoso dan Santoso Dullah. Empat orang menerima penghargaan Sri Nugraha (bintang jasa utama kraton) yaitu Poppy Dharsono, Putri Kus Wardhani, Anna Balitar dan Yuwono Kolopaking. Seusai acara, PB XIII Tedjowulan kepada wartawan mengatakan bahwa pemberian gelar tersebut telah dipertimbangkan secara matang dan didasari kesamaan visi dan misi dalam kerangka mempertahankan NKRI. Sementara itu Meutia Hatta mengatakan bahwa konsekuensi bagi semua penerima gelar itu adalah memberikan kontribusi bagi kelangsungan budaya serta Kraton Surakarta sesuai kapasitas dan kemampuan dan keahlian masing-masing. Hal senada juga disampaikan oleh Adyaksa Dault. Ketika ditanya tentang dampak menerima gelar di saat kraton sedang terpecah, Adyaksa mengatakan, "Saya sudah mempertimbangkan matang-matang serta bertanya ke sana kemari, termasuk kepada Bu Meutia dan Pak Sutiyoso. Menurut saya ini keputusan yang terbaik," ujarnya.
(atq/)