Jakarta - Jadi pemimpin memang harus tebal kuping. Tak boleh tersinggung dengan kritikan pedas yang menusuk perasaan. Kalau bisa, terimalah dengan senyum dan tawa. Hahaha!Begitulah reaksi Wapres Jusuf Kalla saat dihujani kritik oleh budayawan Emha Ainun Najib, saat pentas dalam sebuah perayaan ulang tahun sebuah harian ibu kota, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2006), pukul 22.00 WIB.Cak Nun, panggilan akrab Emha, yang hadir bersama Kelompok Kiai Kanjeng besutannya, tak hanya memukau tamu undangan dengan musik-musik yang dikemas dengan perpaduan antara musik etnik dan modern. Cak Nun juga tampil memukau dengan berbagai kritikannya terhadap pemerintah.Kritik-kritik Cak Nun disampaikan dengan bahasa yang lugas, kocak, dan dibumbui dengan tamsil-tamsil yang mengelitik. Sebagai seorang Jawa tulen, Cak Nun pun tak lupa membumbuinya dengan filosofi-filosofi Jawa. Kritik serta Guyonan Cak Nun berkali-kali membuat para tamu undangan tertawa terbahak-bahak. Bahkan, Kalla yang sering kena kritik pun turut tertawa.Misalnya saat Cak Nun mengkritik keterlambatan Kalla dalam menghadiri acara tersebut. Acara yang semula akan digelar pada pukul 19.00 WIB harus tertunda satu jam karena Kalla baru tiba di lokasi pada pukul 19.50 WIB.Kepada Kalla, Cak Nun mengatakan berkali-kali dia dan kelompoknya harus berkali-kali menyesuaikan jadwal pentas serta terpaksa harus memulai terlebih dahulu permainannya. Cak Nun juga menyatakan kekesalannya pada Paspampres yang menyisir ruangan yang digunakan, sehingga membuat tersinggung dia dan kelompoknya."Tadi kami sempat disuruh keluar. Mbak Via (Novia Kolopaking-istri Cak Nun) tadi sempat berujar 'emangnya kita ini virus pake diusir-usir segala'," ujar Cak Nun di sambut tawa Kalla beserta hadirin yang lain.Cak Nun juga menggunakan permisalan lagu jawa Gundul-gundul untuk menasihati Kalla. "Gundul-gundul Pacul ini punya filosofi yang bagus dan mendalam. Lagu ini adalah pesan dari para wali yang dititipkan melalui anak-anak untuk para pemimpin," jelasnya.Menurut Cak Nun, dalam lagu ini para pemimpin bertugas untuk
nyunggi wakul yang artinya membawa bakul sebagai simbol kesejahteraan rakyat. Pemimpin harus membagikan isi bakul ini kepada rakyat. Kalau bakul itu jatuh, maka isinya akan tumpauh. "Tapi sayangnya pemimpin kita sekarang justru jalan sambil makan isi bakul itu," kata Cak Nun yang lagi-lagi disambut tawa Kalla serta hadirin.Cak Nun menuturkan Kalla adalah orang yang diberi wewenang untuk
nyunggi wakul yang berarti tanggung jawab itu ada di kepala Kalla. Menurutnya, itu berarti Kalla diberi kemuliaan. "Sudah sepatutnya anda yang dibayar oleh rakyat memikirkan rakyat," kata Cak Nun menasihati pemimpin yang lain juga.Cak Nun juga mengungkapkan kekesalannya pada saat Kalla berkunjung ke Cina, beberapa hari lalu. Saat itu, Cak Nun dan rombongannya terpaksa tertunda kepulangannya ke Indonesia karena pesawat yang semestinya ia tumpangi, harus digunakan Kalla."Waktu itu saya bilang
dancuk. Awas nanti kalau ketemu," teriak Cak Nun dan terbahak-bahak-lah para hadirin.Dalam acara tersebut, tampak hadir juga para pejabat negara seperti Menkominfo Sofyan Djalil, Menneg PPN/Kepala Bapennas Paskah Suzetta, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ketua DPR Agung Laksono, serta beberapa tokoh politik, tokoh pers, serta tokoh seniman.
(fay/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini