Sejarah letusan Semeru bisa dirunut sejak tahun 1818. Beberapa hari lalu, Gunung Semeru yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur erupsi dan mengeluarkan guguran awan panas.
Peristiwa tersebut menelan sejumlah korban. Sebenarnya, Gunung Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam sejak tahun 1818.
Lalu, bagaimana sejarah letusan Semeru? Simak informasi yang sudah kami rangkum berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Letusan Semeru
Sejarah letusan Semeru sudah terekam dari ratusan tahun lamanya. Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia. Sebelum erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) lalu, Semeru sudah menunjukkan aktivitas vulkaniknya sejak tahun 1881.
Melansir dari situs BNPB, dari tahun 1818 hingga tahun 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan di tahun-tahun ini. Kemudian pada tahun 1941 sampai 1942 kembali terekam aktivitas vulkanik Gunung Semeru dengan durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.
Selanjutnya, Gunung Semeru kembali melakukan aktivitas vulkanik secara beruntun dari tahun 1945 sampai 1960. Walaupun sempat berhenti beberapa tahun, Semeru kembali melanjutkan aktivitas vulkaniknya pada 1 Desember 1977. Selanjutnya aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada tahun 1978 sampai 1989.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga kembali mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada tahun:
- 1990
- 1992
- 1994
- 2002
- 2004
- 2005
- 2007
- 2008
Sejarah letusan Semeru saat ini sudah diketahui. Simak pula informasi terkait mengenai erupsi Gunung Semeru yang sudah kami rangkum.
Erupsi Gunung Semeru: Menelan Banyak Korban Jiwa
Erupsi gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12) pukul 15.00 WIB lalu menelan banyak korban jiwa. Berdasarkan data terkini BNPB pada Senin (6/12), berikut data sementara jumlah korban yang tercatat:
- Luka-luka 56 orang
- Hilang 27 orang
- Meninggal dunia 22 orang
Selain itu, jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa dan jumlah warga mengungsi sebanyak 2.004. Pengungsi tersebut tersebar di 19 titik pengungsian yang tersebar di 3 kecamatan, yakni:
- 305 jiwa di 9 titik Kecamatan Pronijiwo
- 1.136 jiwa di 6 titik Kecamatan Candipuro
- 563 jiwa di 4 titik Kecamatan Pasirian
Simak informasi lain terkait sejarah letusan Semeru di halaman berikutnya.
Erupsi Gunung Semeru: Merusak Sejumlah Rumah dan Fasilitas Masyarakat
Selain menelan korban jiwa, awan panas guguran Gunung Semeru juga mengakibatkan kerusakan di sektor pemukiman, pendidikan maupun sarana dan prasarana. BNPB mencatat, ada 2.970 unit rumah rusak akibat erupsi Gunung Semeru itu.
"Untuk data bangunan rusak yang sementara ini sudah verifikasi di posko itu untuk rumah 2.970 unit, nantinya tentu untuk kriteria rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan akan kita rinci. Tapi rumah terdampak saat ini terdata 2.970," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers, Senin (6/12/2021).
Abdul juga membeberkan kerusakan fisik pada fasilitas pendidikan akibat erupsi Semeru. Menurutnya, hingga saat ini, terdata ada 38 bangunan fasilitas pendidikan mengalami kerusakan.
Erupsi Gunung Semeru: Saat ini Berstatus Level II
Saat ini, Gunung Semeru berada pada status level II atau waspada. Dengan ini, masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak diizinkan untuk beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara hingga selatan.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Terkait dengan perkembangan erupsi Gunung Semeru ini, BNPB mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG.