Paguyuban Tri Tunggal Tumpengan Jelang Malam Jumat Kliwon
Jumat, 28 Apr 2006 02:38 WIB
Yogyakarta - Agar terhindar dari bencana Gunung Merapi dan diberikan keselamatan, Paguyuban Tri Tunggal menggelar acara ritual tumpengan di kawasan Kaliurang Kecamatan Pakem, Sleman. Acara yang digelar Kamis (27/4/2006) malam ini dimulai pukul 20.00 WIB dan bertepatan dengan malam Jumat Kliwon.Sebelum acara doa bersama, terlebih dulu dilakukan prosesi kirab dari pintu gerbang obyek wisata menuju simpang empat pos polisi kawasan obyek wisata Kaliurang. Kirab dengan jalan kaki itu dilakukan sejauh 1 kilometer dengan diikuti ratusan peserta.Peserta kirab sebagian besar mengenakan busana adat Jawa. Namun ada pula yang mengenaikan pakaian biasa. Mereka juga membawa obor sebagai penerang selama perjalanan yang berjumlah 99 buah. Saat prosesi dimulai, mereka juga membawa nasi tumpeng lengkap beserta lauk-pauk. Jumlahnya 33 buah.Saat kirab, peserta dipimpin ketua Paguyuban Tri Tunggal Sapto Raharjo melantunkan kidung atau nyanyian "Aduh Gusti" serta memuji kebesaran Tuhan dan memohon keselamatan agar dijauhkan dari bahaya.Ketika sampai di depan pos polisi Kaliurang, mereka kemudian berdoa bersama. Sapto Raharjo kemudian memimpin upacara dengan menebar mantera tolak bala agar terhindar dari marabahaya letusan Merapi. Usai berdoa, peserta kemudian makan bersama-sama nasi tumpeng dan diakhiri dengan penyembelihan seekor kambing kendit, yakni kambing yang mempunyai bulu warna melingkar dibagian perut. Kambing kendit itu biasanya dipakai sebagai sesaji untuk menolak bala.Seusai acara Sapto menjelaskan nasi tumpeng sego golong itu mengandung maksud bersatu manusia dengan Tuhan. Selain itu juga bermakna ajakan untuk bersatu, bersujud memohon kepada Tuhan. Wujudnya yakni bentuk yang mengerucut lancip ke atas. "Ingkung ayam yang seolah tak berdaya lagi setelah disembelih dan dimasak matang menggambar sikap kepasrahan dan sujud manusia kepada Tuhan," tandasya.
(bal/)