IPW meminta agar pihak kepolisian mengusut penembakan yang dilakukan polisi Petugas Jalan Raya (PJR) Polda Metro Jaya secara transparan. Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso menyebut transparansi harus dilakukan agar tidak mempengaruhi kepercayaan publik.
"Transparansi dan profesionalisme dalam pengusutan kasus penembakan di exit tol Bintaro sangat penting, agar kepercayaan publik yang hendak dibangun oleh Kapolri dengan presisi dan juga arahan penindakan pada anggota yang melanggar tetap terjaga," kata Sugeng saat dihubungi, Rabu (1/12/2021).
"Bila Polda Metro Jaya tidak transparan dan dinilai melakukan impunitas menutupi insiden penembakan ini bisa muncul ketidakpercayaan publik," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugeng meminta agar pengusutan itu didasari pada Perkap 1 nomor 2009 tentang penggunaan senjata dan Perkap nomor 9 tahun 2009 tentang penerapan prinsip-prinsip HAM dalam tugas Polri. Dia meminta harus didalami apakah polisi PJR tersebut memang dalam bahaya saat insiden terjadi.
"Dalam kedua peraturan tersebut penggunaan senjata api diperbolehkan dengan syarat adanya ancaman serangan yang membahayakan jiwa petugas dan anggota masyarakat atau mencegah dan menghentikan serangan yang membahayakan jiwa manusia. Jadi harus didalami," ucapnya.
Sugeng juga menyebut penting untuk didalami terhadap warga inisial O yang mengaku dibuntuti hingga menghubungi pelaku. Menurutnya bisa saja ada tindakan provokasi dari O terhadap pelaku.
"Perlu juga pendalaman apakah ada informasi dari warga O pengadu yang bisa dinilai 'memprovokasi' munculkan tindakan drastis dari Ipda OS itu. Perlu didalami juga motif penguntitan oleh 2 korban yang ditembak. Untuk transparansi korban penembakan yang masih hidup diminta keterangannya setelah sehat," ujarnya.
Simak video 'Alasan Ipda OS Lakukan Penembakan di Exit Toll Bintaro':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Sugeng juga mendesak agar Polri mulai melakukan assessment ulang terkait pemegang senjata api di institusi Polri. Menurutnya harus ada kepastian pemegang senpi lulus uji assessment.
"Terkait penggunaan senpi IPW meminta pimpinan Polri melakukan assesment ulang psikologis pada semua petugas pemegang senpi agar didapatkan kepastian bahwa yang memegang senpi hanya mereka yang lulus uji ini," jelasnya.
Peristiwa penembakan itu terjadi pada Jumat (26/11) malam. Kasus itu bermula saat pria berinisial O merasa diikuti oleh tiga mobil dari Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Pria berinisial O yang merasa terancam ini lalu melapor kepada Ipda OS. Zulpan menyebut Ipda OS dan pria berinisial O memiliki hubungan pertemanan.
"Begini ini karena pertemanan saja di antara mereka. Karena kan dia nelpon, dia pasti punya hubungan pertemanan, ujar Zulpan.
Zulpan mengatakan proses penyelidikan kasus ini masih berjalan. Olah TKP hingga uji balistik akan dilakukan penyidik untuk memperjelas kasus penembakan yang dilakukan oleh Ipda OS.
"Nanti kan di situ kan akan dilakukan olah TKP secara benar, nanti ada uji balistik terkait proyektil. Jadi jangan terlalu dini prematur menyimpulkan seperti itu. Nanti penyidik yang lebih paham," katanya.
Zulpan menambahkan proses penyelidikan kasus penembakan yang tengah berjalan ini akan dilakukan secara transparan dan adil.
"Yang jelas, kasus ini Polda Metro akan menangani secara profesional dan akan menegakkan penegakan hukum yang berkeadilan bagi semua pihak," jelas Zulpan.
Dari peristiwa ini, ada dua orang yang menjadi korban penembakan dari Ipda OS. Satu korban bernama Poltak Pasaribu dinyatakan meninggal dunia usai mendapatkan perawatan di RS Pelni.