Mobilitas masyarakat saat ini sudah hampir kembali seperti semula sebelum pandemi. Melihat hal ini, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra memprediksi hal tersebut dapat mempengaruhi munculnya gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia secara tiba-tiba.
Jika dibiarkan, Hermawan menyebut kondisi ini berpotensi menjadi penyebab penularan virus Corona di masyarakat dan memungkinkan munculnya mutasi COVID-19.
"Hemat kami akan ada suatu waktu yang sporadis, unpredictable, bisa jadi karena kekhawatiran kami, kasus COVID-19 itu meledak tiba-tiba boleh jadi karena adanya mutasi virus baru yang kemudian adanya keramaian, penularannya semakin cepat," kata Hermawan dikutip dari situs resmi CNBC, Selasa (23/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Hermawan masih belum bisa memastikan kapan potensi ledakan kasus COVID-19 terjadi di Indonesia. Namun, jika melihat pada pengalaman sebelumnya, lonjakan kasus umumnya terjadi pada libur panjang, seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan Idul Fitri.
Oleh karena itu, Hermawan mengatakan kondisi ini tak menutup kemungkinan Indonesia dapat mengalami lonjakan kasus pada akhir 2021 atau awal 2022 karena padatnya mobilitas warga saat libur panjang.
Terkait hal ini, Hermawan pun mengimbau agar pemerintah dapat membuat kebijakan berdasarkan saintifik dan mitigasi risiko ancaman. Salah satunya dengan memperketat kebijakan pintu masuk serta karantina bagi pelaku perjalanan internasional.
Menurutnya, pintu masuk merupakan akses pertama bagaimana mutasi virus Corona mampu membuat ledakan kasus tak terduga, seperti yang terjadi pada Juni-Juli 2021.
"Kita perlu meningkat kejadian di India itu sesuatu yang tidak diprediksi sebelumnya dan tiba-tiba. Dan ini bisa saja terjadi kembali, kemungkinan varian baru atau turunan-turunan varian Delta yang sudah membuat banyak negara kelabakan," katanya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan ledakan kasus COVID-19 yang berpotensi terjadi di Indonesia juga bisa lebih parah dari pada lonjakan kasus sebelumnya. Terlebih capaian vaksinasi bagi kelompok rentan seperti warga lanjut usia (lansia) masih rendah.
Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan per 22 November, terdapat 10.951.824 orang lansia yang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus Corona. Sementara itu, 6.877.134 orang lansia telah rampung menerima dua dosis suntikan vaksin COVID-19 di Indonesia. Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah dari total sasaran 21.553.118 orang baru menyentuh 50,81% dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama dan 31.91% suntikan kedua.
(fhs/ega)