Fenomena seorang suami lebih mengutamakan dan memberi perhatian lebih pada ibunya terkadang masih membingungkan bagi sejumlah istri dalam suatu hubungan rumah tangga. Bahkan, ada kasus yang menyebutkan, hal tersebut justru memicu konflik kecemburuan dari sang istri.
Lalu, bagaimana Islam memandang fenomena ini?
Melalui siaran dakwah singkat dari channel YouTube resminya, Ustaz Das'ad Latif mengungkapkan bahwa hal itu termasuk bentuk bakti seorang anak laki-laki kepada ibunya dengan ganjaran surga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, porsi cemburu dari sang istri dalam konteks permasalahan tersebut dinilai kurang tepat. Sebab, Allah SWT telah memberikan porsi berbakti masing-masing bagi istri maupun suami.
"Allah Maha Adil. Ibu, mau masuk surga? Bakti sama suami. Suami mau masuk surga? Bakti sama ibu. Itu putar aja. Jangan lagi ada yang cemburu," kata Ustaz Das'ad, seperti yang dikutip dari siaran dakwah bertajuk 'Jangan Cemburu Sama Mertua', Senin (22/11/2021).
Alih-alih cemburu, kata ustaz sekaligus dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin ini, kondisi tersebut adalah kondisi yang patut disyukuri bagi istri. Pasalnya, sikap dan perilaku dari suami dapat menjadi teladan baik bagi anak laki-lakinya di masa depan kelak.
"Bersyukur suamimu begitu. Mudah-mudahan nanti anakmu pun sudah menikah dengan wanita lain, dia masih memperlakukan kau seperti ibunya sekarang," tuturnya.
Ustaz Das'ad juga menambahkan, sudah sepatutnya bahwa seorang anak berbakti dan lebih menaruh perhatian lebih pada ibunya. Mengingat, suami sudah lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibunya sejak masa mengandung.
"Jangan malah sentimen, suami saya begini. Ibu berapa tahun sama suami? Baru 25 tahun. Itu ibunya mulai dari perutnya. Saya heran kalau ada perempuan yang cemburu sama mertuanya," ujar Ustaz Das'ad.
"Maka saya bilang sama istri saya, boleh kau maki-maki saya, boleh kau hina saya. Satu yang tidak boleh, jangan kalu lukai perasaan ibu saya," imbuh dia lagi.
Berbakti pada orang tua sebenarnya sudah ditegaskan dalam sejumlah hadits maupun Al Quran. Salah satunya dalam surat An Nisa ayat 36 yang menyatakan untuk berbuat baik pada kedua orang tua,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Artinya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."
Ditambah lagi, kedudukan tinggi dari seorang ibu dapat dibuktikan dari salah satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW menyebut kata ibu sebanyak tiga kali sebagai paling utama untuk dihormati.
"Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?'
Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?'
Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?'
Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,'
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu." (HR Bukhari).
Semoga penjelasan di atas dapat menambah wawasan terutama tentang bentuk rasa bakti seorang anak kepada orang tuanya ya, detikers.
(rah/erd)