Stephan Letter menjadi salah satu pembunuh berantai paling terkenal di Jerman. Bagaimana tidak, pria yang berprofesi sebagai perawat ini membunuh para pasiennya dengan suntikan mati.
Dikutip dari laman Murderpedia, Letter ditangkap pada Juli 2004. Saat diadili, hakim Harry Rechner menyatakan Letter bersalah atas pembunuhan dalam 12 kasus, pembunuhan dalam 15 kasus, dan pembunuhan atas permintaan dalam kasus lain serta percobaan pembunuhan.
Letter dihukum penjara seumur hidup atas kasusnya ini. Letter membunuh para korban dengan suntikan obat penenang dan pelemas otot saat bekerja sebagai perawat di Klinik Sonthofen. Hal ini terungkap usai mayat korban diautopsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waltraud Schoenberger adalah satu dari mereka yang menyambut baik hukuman tersebut. Ibunya, Beata Giehl, 79 tahun, dibawa ke Klinik Sonthofen pada 30 April 2003 dengan dugaan serangan jantung. Menjelang sore, Giehl mengobrol riang dengan putri-putrinya. Pada jam 10 malam itu, dia sudah mati.
Alasan Letter Membunuh Pasiennya
Letter mengklaim bahwa dia membunuh pasiennya karena kasihan. Dia ingin menghilangkan rasa sakit para pasien yang sekarat dan memenuhi permintaan mereka yang ingin mati lebih cepat.
Namun kesaksiannya di pengadilan menunjukkan ini tidak masuk akal. Soalnya, korban terakhirnya, seorang wanita Spanyol berusia 73 tahun, Pilar Del Rio Peinador, telah dirawat di rumah sakit dengan masalah pernapasan tetapi sudah cukup sehat. Tetapi dia justru mati usai disuntik pada Juli 2004.
Pengacara korban menganggap Letter sebagai pria yang kompleks dan terganggu. Hal ini semakin dikuatkan oleh riwayat ibu Letter yang mentalnya terganggu.
Simak juga 'Sidang Perdana Pembunuh Berantai Kulon Progo, Didakwa Pasal Berlapis':
Pembunuhan Letter
Pembunuhan pertama dimulai pada Februari 2003, kurang dari sebulan setelah Letter mulai bekerja di sana dan semua pasien meninggal selama 17 bulan ia bekerja di klinik Sonthofen. Mayoritas berusia 75 tahun atau lebih, meskipun yang termuda baru berusia 40 tahun.
Kematian para pasien tidak menimbulkan kecurigaan pada saat itu. Namun polisi mulai dipanggil karena beberapa obat hilang dari klinik. Stephan Letter akhirnya ditangkap ketika polisi menemukan obat di rumahnya. Menurut jaksa penuntut di kota selatan Kempten, tempat persidangan berlangsung, obat itu cukup untuk membunuh 10 orang.