Liput Demo di UPN, Wartawan Babak Belur Dipukuli Satpam
Selasa, 25 Apr 2006 13:50 WIB
Surabaya - Kekerasan terhadap wartawan terjadi lagi. Dua wartawan televisi dianiaya oleh belasan tenaga keamanan kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur saat meliput aksi demonstrasi.Dua wartawan yang menjadi korban tersebut adalah Andreas dari TPI dan Sandy Irawan dari ANTV. Keduanya menjadi korban kekerasan aparat satuan pengamanan (satpam) kampus yang mengeroyoknya hingga babak belur dan kamera hancur.Kasus ini berawal dari adanya aksi demo sekitar 50 mahasiswa UPN yang menuntut penghapusan denda SPP 2 persen, tolak KKN dan meminta transparansi dana Ikoma di kampus UPN Jawa Timur di Jalanraya Rungkut, Surabaya, Selasa (25/4/2006).Awalnya aksi mahasiswa dengan mengitari kampus berlangsung tertib. Namun saat aksi berlangsung di sekitar gedung Puskom UPN, mahasiwa bentrok dengan belasan tenaga keamanan, baik yang berseragam satpam, safari maupun hanya berkaos singlet dan membawa pentungan.Saat bentrokan inilah pemukulan dan pengeroyokan pada wartawan terjadi. Andreas dari TPI dipukul bagian kepala dan kameranya. Ia berusaha mengelak, namun malah dikeroyok oleh satpam maupun orang-orang yang mengenakan kaos singlet. Akibatnya, kepala dan badannya memar-memar dan kamera Andre rusak parah. Andreas segera dilarikan ke RS Dr Soetomo untuk mendapat perawatan dan visum. Sandy Irawan dari ANTV mengalami nasib sama. Ketika baru saja memarkir motor di kampus dan hendak menuju lokasi demo di Puskom UPN, Sandy langsung dijemput satpam dan digelandang ke pos rektorat dengan alasan harus melapor ke humas kalau mau meliput.Namun sampai di pos, bukannya dipertemukan dengan humas, tetapi langsung dipukuli dan dihajar. Meski sudah menunjukkan ID Card wartawan, satpam tidak mau tahu dan beramai-ramai memukulinya. ID Card dirampas dan kamera terjatuh.Kabar pemukulan terhadap dua wartawan ini segera menyebar di kalangan wartawan lainnya di Surabaya. Belasan wartawan langsung menuju UPN. Namun saat mencari pelakunya, mereka sudah kabur dan bersembunyi.Purek II UPN Mahmud Tadjir mengaku tidak tahu menahu soal pelaku penganiayaan. Dia meminta kepada wartawan,untuk menyelesaikan kasus ini melalui proses hukum. Dirinya bersedia mengganti alat-alat yang rusak bila dinyatakan bersalah.Ketika didesak untuk menunjukkan para pelaku pengeroyokan, Mahmud Tadjir menolaknya. "Pelakunya pasti sudah kabur, takut dicari," kilahnya.
(jon/)