Cerita tidak biasa terungkap dari 8 siswa kelas IV dan VI SD di Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara (Sumut). Mereka yang hampir lulus malah turun kelas disebut gara-gara masalah pemilihan kepala desa (pilkades).
Persoalan siswa turun kelas karena pilkades ini awalnya disampaikan Direktur LBH Sekolah Jakarta Roder Nababan. Dia menyebut anak itu turun kelas karena orang tuanya tidak mendukung calon kepala desa yang merupakan suami kepsek tempat anak itu belajar.
"R dan W mengalami intimidasi hingga dipaksa turun kelas diduga hanya karena kedua orang tuanya tidak ingin memilih suami sang kepala sekolah di pilkades mendatang. Tadinya R sudah duduk di bangku kelas VI harus rela duduk di kelas II, demikian juga W dari kelas IV ke kelas II," sebut Roder Nababan seperti dilansir dari Antara, Senin (15/11/2021).
Dia mengatakan kedua siswa itu kerap mengalami intimidasi dari kepsek berinisial JS hingga menerima ancaman untuk pindah sekolah setelah ayah R dan W diketahui mendukung calon kepala desa lain.
"Kebetulan, selain sebagai Kepala SDN 173377, si oknum menjadi pelaksana tugas Kepala Desa Batu Arimo. Ya, mungkin dia kesal saat mengetahui jika suaminya yang nyalon jadi kepala desa tidak didukung orang tua muridnya," kata Roder.
Bupati Tapanuli Buka Suara
Bupati Tapanuli Utara (Taput) Nikson Nababan pun buka suara terkait hal ini. Nikson membantah pernyataan yang dikeluarkan oleh Roder.
"Itu tidak benar, sudah kita cek," kata Bupati Taput Nikson Nababan saat dimintai konfirmasi, Senin (15/11).
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Saksikan juga 'Kemenkes Sebut Klaster Sekolah Banyak Terjadi pada Siswa SMP dan SMA':
(fas/eva)