Mengidentifikasi Potensi Diri

Kontemplasi Qalbu (12)

Mengidentifikasi Potensi Diri

Prof. Nasaruddin Umar - detikNews
Jumat, 12 Nov 2021 05:50 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Mengenali diri sendiri amat penting di dalam manajemen kalbu. Kemampuan untuk mengidentifikasi potensi diri sudah merupakan bagian keberhasilan hidup. Kesadaran itu sendiri bertingkat-tingkat. Kesadaran pertama bisa dinilai dari kesadaran atau bangun dari tidur atau siuman dari pingsan (weak-up). Setelah sekian lama tidur atau siuman kemudian bangun maka kita sadar yang ditandai dengan adanya rasa lapar atau haus, mengenali jam berapa dan hari apa, serta apa saja program dan rencana yang harus segera dilakukan selanjutnya.

Kesadaran berikutnya ialah menyadari betapa banyak waktu yang disia-siakan selama ini. Ia sadar kalau usianya semakin bertambah tetapi belum berhasil membuat prestasi apapun untuk keluarganya. Bahkan kewajiban-kewajiban individunya masih terus ditinggalkan. Sebut saja misalnya sekian lama tidak melaksanakan kewajiban agama seperti shalat, puasa, dan membayar zakat. Kali ini sudah sadar dan mulai menunaikan kewajiban-kewajibannya dengan menunaikan shalat dan menunaikan ibadah puasa, serta membayar zakat. Kesadaran ini mungkin lebih tepat disebut insaf.

Kesadaran berikutnya ialah menyadari kalau kewajiban-kewajiban yang dilaksanakannya belum membuahkan banyak hasil atau efek. Ia menyadari kalau shalatnya belum khusyuk, puasanya masih bolong-bolong, dan zakatnya belum maksimun. Ia bertekad untuk merasakan ibadah itu bukan saja dirasakan sebagai suatu kewajiban, tetapi ia ingin merasakannya sebagai sebuah kenikmatan. Ia berusaha meningkatkan bukan saja kuantitas tetapi kualitas ibadahnya. Akhirnya ia sadar betul bahawa kesadaran itu bertingkat-tingkat. Ia berusaha untuk meningkatkan kesadarannya ke tingkat yang lebih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesadaran berikutnya ia sudah sampai kepada pelaksanaan perintah Tuhan secara perfect, namun yang belum bisa konsisten ialah meninggalkan larangan-larangan Tuhan. Dengan kata lain, amar ma'ruf sudah data dilaksanakan tetapi nahi munkar belum bisa sepenuhnya. Namun kali ini ia sudah bertekad untuk meningkatkan kesadaran secara total, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar. Ibadah sosial juga tidak luput dari perbaikannya. Kesadaran seperti ini mungkin mungkin sudah sampai kepada tingkat self-conciousnes.

Kesadaran berikutnya ia sudah sampai ke tingkat puncak. Ia tidak lagi menggunakan bashi di dalam melihat tetapi sidah menggunakan bashirah, yaitu pandangan mata batin.

ADVERTISEMENT

Jenis-jenis kesadaran diri meliputi kesadaran
Kesadaran diri:
Hati Nurani:
ya Imajinasi:
Kemauan:

"Aku bisa memisahkan diri dari diri sendiri & mengamati pikiran serta perbuatanku"
"Aku bisa mendengarkan suara hatiku untuk membedakan mana yang benar & mana yang salah
"Aku bisa membayangkan kemungkinan2 baru"
Aku punya kuasa memilih"
"Aku bisa memisahkan diri dari diri sendiri & mengamati pikiran serta perbuatanku"
"Aku bisa mendengarkan suara hatiku untuk membedakan mana yang benar & mana yang salah
"Aku bisa membayangkan kemungkinan2 baru"
Aku punya kuasa memilih"

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads