Kritik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Mulawarman (Unmul) yang mengibaratkan Wapres Ma'ruf Amin 'patung Istana' direspons oleh Partai NasDem. NasDem menilai pengibaratan patung Istana sebagai satire, namun kurang elegan.
"Biasa saja sebenarnya. Itu kan semacam satire dalam komunikasi politik. Cuma, karena iklim kehidupan sosial-politik kita lagi terlampau sensitif, jadi berlebihan responsnya," ujar Ketua DPP NasDem Willy Aditya kepada wartawan, Rabu (10/11/2021).
Willy bahkan meyakini Ma'ruf menerima kritikan BEM Unmul tersebut. Menurutnya, persoalan ini tidak perlu sampai di ranah kepolisian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Ma'ruf juga saya yakin bisa memakluminya," sebut Willy.
Namun Willy menilai BEM Unmul kurang kreatif dalam mengemas isu. Menuturnya, mengibaratkan Wapres Ma'ruf dengan patung kurang elegan.
"Ini mahasiswanya juga kurang kreatif mengemas isu dan aksinya, terlampau emosional, jadi kurang elegan dalam bahasa bahasa gugatannya. Di era yang lebih terbuka seperti saat ini, ekspresi gugatan mahasiswa mestinya bisa lebih berkelas," imbuh Willy.
![]() |
"Alangkah lebih kerennya kalau mahasiswa kini mampu membedah isu atau kebijakan yang lebih spesifik namun mendalam, kredibel, dan argumentatif. Jadi segala ekspresi politik, baik yang keluar dari aparat, kampus, maupun yang disampaikan mahasiswa, semuanya mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara ini," pungkasnya.
Seperti diketahui, BEM Unmul pada Selasa (2/11) lalu mem-posting seruan aksi bertuliskan 'Kaltim Berduka Patung Istana Merdeka Datang ke Samarinda' di akun Instagram @bemkmunmul. Pada hari tersebut, Ma'ruf juga dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Samarinda.
Presiden BEM Unmul Abdul Muhmammad Rachim sudah menjelaskan maksud tulisan dalam seruan aksi yang di-posting. Abdul mengaku pengibaratan Ma'ruf dengan patung merupakan bentuk kritik.
Masalah ini sempat mendapat perhatian dari pihak kepolisian. Pihak Rektorat Unmul juga menilai harus ada permintaan maaf kepada Ma'ruf Amin.
(isa/zak)