Jakarta - Mantan KASAD Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu membantah pembelian pesawat Fokker 50 bermasalah. Dia menyatakan pesawat seharga Rp 20 miliar itu telah dimiliki selama 1 tahun dan kini dijual karena ternyata pemeliharaannya cukup mahal."Jadi uang itu untuk membeli pesawat Fokker 50. Karena pesawat itu cukup bagus dan memiliki muatan yang cukup banyak. Kalau ke daerah bisa juga mendarat," jelas Ryamizard usai acara Munas Tarung Drajat di Hotel Century, Jumat (22/4/2006) malam.Dia menjelaskan, sebenarnya anggaran Rp 20 miliar itu diprogramkan untuk membeli 1 unit helikopter pada tahun 2003. Namun setelah diteliti harga 1 heli itu cukup mahal yang berkisar Rp 40 miliar.Direncanakan pula, TNI AD akan membeli helikopter bekas dengan satu baling-baling. Namun TNI AD tidak mau membeli pesawat tersebut karena helikopter baling tunggal sudah cukup tua dan sering mengalami kecelakaan. Memang Diakui Ryamizard, TNI AD sudah memiliki 2 buah pesawat Twin Buffalo, tapi pesawat itu sudah sangat tua buatan tahun 1960-an. Untuk itu, lanjut Ryamizard, dicari jalan alternatif untuk membeli pesawat jenis lain yang lebih bagus tapi dengan harga cukup dengan anggaran yang ada. Maka dipilih pesawat Fokker 50 buatan tahun 1996 buatan Belanda.Karena membeli pesawat Fokker itu, maka TNI AD memutuskan untuk melatih pilot, teknisi dan pramugari ke Trans Wisata Prima Aviation selama 1 tahun sejak tahun 2003."Kita tidak ada pilot, teknisi juga tidak ada, pramugari ada tapi tidak berpengalaman. Untuk itu saya minta selama 1 tahun gabung dulu dengan Trans Wisata. Jadi pilot kita yang ada di buffalo, magang dulu dengan teknisi dan pramugarinya Trans Wisata," urai Ryamizard.Setelah itu, jelas Ryamizard, seteleh selesai magang satu tahun, rencananya Fokker itu akan dicat berwarna hijau. Namun setelah lepas dari Trans Wisata,ternyata muncul kembali masalah yaitu soal pemeliharaan. TNI AD sangat kesulitan membiayainya karena cukup mahal, padahal anggaran terbatas. Bahkan untuk melatih pilotnya, TNI AD mempunyai hutang Rp 3 miliar kepada Trans Wisata."Kebijakan KSAD dan ada saran dari Komandan Pusat Penerbang AD, pesawat ini dijual. Lalu beli yang lain. Artinya uang itu ada, saya heran kok dibilang uang itu melayang-layang, saya nggak ngerti," ujarnya."Jadi kesimpulannya uang itu ada dan prosedurnya sudah benar dan surat pembelian, pengalihan ke Trans Wisata sudah lengkap. Pembelian ini juga sudah dilaporkan ke Panglima TNI dan Dephan," tambahnya. Ryamizard menjelaskan, uang hasil penjualan pesawat Fokker 50 itu digunakan untuk membeli 2 buah pesawat jenis Cassa 212 dan pesawat Bolco 105. Dia juga menegaskan, pesawat Fokker 50 itu tidak pernah disewakan kecuali untuk yang membutuhkan dengan adanya izin. Pengguna juga diharuskan membayar uang bagi pilot dan teknisi. Sekadar diketahui, pemberitan majalah Tempo menyebut TNI AD telah membeli pesawat Fokker 50 buatan Belanda seharga Rp 20 miliar. Pesawat ini sering digunakan pejabat AD termasuk Ryamizard selagi menjabat KSAD.Persoalan muncul ketika pesawat itu dikatakan menyewa dari Trans Wisata. Dan dikatakan dana Rp 20 miliar menguap atau hilang. Padahal uang itu sebenarnya untuk membeli pesawat Bell buatan Textron Incorporated Canada.
(atq/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini