Kebebasan Ekspresi Jadi Alasan Lomba Mural Digelar Kapolri

Round-Up

Kebebasan Ekspresi Jadi Alasan Lomba Mural Digelar Kapolri

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 31 Okt 2021 07:00 WIB
Sejumlah seniman mural membuat karya mural dalam rangka Bhayangkara Mural Festival 2021 di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (30/10/2021). Lomba Mural yang memperebutkan piala Kapolri tersebur diikuti sebanyak 803 karya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Polri Gelar Bhayangkara Mural Festival 2021 (Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta -

Polri baru saja menyelesaikan kompetisi Bhayangkara Mural Festival 2021, di mana para pesertanya dibebaskan membuat mural kritik terhadap polisi. Alasan dibuat kompetisi ini yakni untuk penegasan kalau Polri selalu menghormati kebebasan berekspresi.

Bhayangkara Mural Festival 2021 itu digelar di Lapangan Bhayangkara, Kompleks Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Sabtu (30/10/2021). Lomba ini dibuka langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Sigit menyampaikan lomba merupakan rangkaian kegiatan untuk menggelorakan semangat Hari Sumpah Pemuda, sekaligus bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Humas Polri ke-70.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi Kadiv Humas sampaikan bagaimana start awal bahwa pada saat dibuka yang mendaftar hanya 18. Karena ada isu bahwa nanti kalau peserta kemudian ikut, ini cara polisi untuk tahu identitas peserta, dan nanti mereka berpikiran bisa terkuak dan pasti ditangkap. Awalnya muncul pemikiran peserta begitu," kata Sigit membuka sambutannya.

Kapolri ikut beraksi mengecat mural di agenda Bhayangkara Mural Festival 2021Kapolri ikut beraksi mengecat mural di agenda Bhayangkara Mural Festival 2021 (Foto:Dias/detikcom)

Setelah disampaikan bahwa para peserta diberikan kebebasan untuk menuangkan karyanya baik yang bersifat positif maupun negatif, akhirnya para pendaftar melonjak hingga 803 orang. Setelah disaring di tingkat Polda jajaran maka sebanyak 80 tim mural diberi kesempatan untuk memamerkan karyanya di Lapangan Bhayangkara.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan ini, Sigit menekankan bahwa konteks kebebasan berekspresi sudah diatur di dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 28 dan juga ditegaskan dalam UU 9/1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum.

Menurut Sigit, Aturan inilah yang menjadi pembeda pada saat era sebelum reformasi dan pasca reformasi yang memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk menyampaikan ekspresi dan aspirasinya.

Lebih lanjut, Sigit mengatakan, sebagaimana arahan Presiden Jokowi bahwa Indonesia adalah negara yang demokratis dan sangat menghargai kebebasan berekspresi. Polri memegang teguh apa yang diarahkan oleh Presiden.

"Sehingga tentunya Bhayangkara Mural Festival 2021 ini adalah bukti bahwa kami menghormati kebebasan berekspresi," ujar Sigit.

Simak selengkapnya di halaman berikut

Saksikan juga: Pria Bantul Pembuat Robot Berbahan Motor Rongsok

[Gambas:Video 20detik]



Bahkan, lanjut Sigit, sub tema dalam festival mural yang diadakan ini dikhususkan untuk memberikan ruang kritik bagi institusi Polri. Menurut mantan Kapolda Banten ini, hal itu digunakan Polri untuk melihat feedback dari persepsi masyarakat tentang Polri. Masukan yang positif menjadi motivasi, sementara yang negatif menjadi bahan refleksi, instrospeksi untuk berubah menjadi lebih baik.

Tak hanya itu, Sigit menantang para peserta untuk tidak segan-segan menuangkan karyanya untuk melakukan kritik bagi Polri. Hal ini, ditegaskan Kapolri untuk menepis isu kalau Polri melakukan pemetaan terhadap muralis jika nantinya melukis mural di lapangan yang bernada kritik.

"Jadi di kesempatan ini kita sampaikan kepada rekan-rekan muralis, nanti yang gambarnya bagus, tentunya akan ada dewan juri khususnya tentang kritik Polri, kalau itu gambarnya paling pedas itu akan juga akan kami terima, dan saya jamin, yang berani menggambar itu akan jadi sahabatnya Kapolri jadi temannya Kapolri," ujarnya.

Menurut Sigit mural kritik ini merupakan bentuk aspirasi dari masyarakat tentang memberikan gambaran tentang institusi Polri saat ini. Sehingga, nantinya akan dilakukan evaluasi dan pembenahan internal, guna menjadi lebih baik dan diharapkan masyarakat lagi.

"Kami institusi Polri menginginkan bahwa masyarakat bisa memberikan gambaran kepada kami tentang bagaimana persepsi masyarakat tentang Polri. Sehingga kami tiap hari bisa membenahi institusi, sehingga kita bisa siapkan institusi ini, personel-personel kami jadi lebih baik. Jadi Polri yang dipercayai publik, Polri yang dicintai masyarakat," tuturnya.

Dipicu Adanya Peristiwa '404 Presiden Jokowi Not Found'

Lebih jauh, Sigit mengungkapkan bahwa, diselenggarakannya festival mural ini muncul setelah adanya peristiwa '404 Presiden Jokowi Not Found'. Kemudian hal itu menjadi polemik karena ada oknum yang menghapus mural, tapi ada juga yang membiarkan.

Oleh sebab itu, dengan adanya festival mural, peserta diizinkan berekspresi sebebas mungkin hingga kritik pedas. Sigit menegaskan, kegiatan adalah wujud dari Pemerintah dan Polri tidak antikritik.

Meski begitu, untuk memberikan kebebasan berekspresi di ruang terbuka harus tetap menjaga norma dan aturan serta nilai yang ada. Misalnya dengan menyalurkan di ruang-ruang telah disediakan seperti yang dilakukan oleh Polda Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan menyiapkan ruang mural.

"Ide ini muncul dari diskusi, karena muncul peristiwa 404 Presiden Jokowi Not Found. Kemudian ada aksi di lapangan yang menjadi polemik, ada yang menghapus, ada juga yang membiarkan. Jadi kali ini kita sampaikan bahwa Pemerintah, Polisi tidak anti-kritik," tegasnya.

Kapolri ikut beraksi mengecat mural di agenda Bhayangkara Mural Festival 2021Kapolri ikut beraksi mengecat mural di agenda Bhayangkara Mural Festival 2021 Foto: Dias/detikcom)

Sigit pun mengapresiasi partisipasi masyarakat yang menyambut baik kegiatan ini. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada peserta telah menyampaikan kritikan yang membangun untuk Polri.

"Tentunya ini jadi kebanggaan kami bahwa ternyata kawan-kawan tidak takut dan berani tampil. Gambar yang positif, negatif, silahkan. Kami akan menghargai betul. Sekali lagi, kritik, memberi masukan, positif, negatif juga boleh, akan jadi teman pak Kapolri," kata eks Kabareskrim Polri ini.

Juri sudah menentukan pemenang lomba, siapa dia? simak di halaman berikut

Pemenang Lomba Mural Kritik Polri

Juri telah menentukan 10 pemenang di Bhayangkara Mural Festival 2021. Juara pertamanya adalah La Ode Umar (29) asal Jakarta, yang melukis mural berisi kritikan terhadap polisi perihal pungutan liar (pungli). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memuji keberanian La Ode dalam mengkritik Polri.

"Alhamdulillah sebagaimana hasil penilaian dewan juri yang saya kira juri-jurinya juri-juri yang terpilih, independen, dan memiliki kemampuan yang tidak diragukan lagi. Juara satunya adalah yang berani mengkritik Polri," ujar Sigit di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (30/10/2021).

Berdasarkan pantauan detikcom, mural yang dilukis La Ode itu berisi sejumlah gambar mengenai polisi. Terdapat tulisan 'pungli' besar berwarna merah di mural itu.

Lewat mural tersebut, La ode mengkritisi adanya pungli yang dilakukan oknum Polri, misalnya saja saat melakukan razia kendaraan. Dia mengingatkan polisi seharusnya memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Hanya, La Ode menyentil polisi yang kerap memberi keadilan hanya kepada orang yang memiliki uang.

Kembali ke Sigit, dirinya menerima kritikan yang disampaikan oleh para muralis. Sigit berterima kasih kepada masyarakat karena seluruh kritikan yang masuk akan menjadi masukan bagi Polri.

"Oleh karena itu, kritik ini tentunya akan kami terima. Dan juga ini adalah aspirasi harapan masyarakat tentang perbaikan Polri ke depan. Sekali lagi terima kasih atas peran serta seluruh rekan-rekan dan kami untuk bisa menjadi Polri yang lebih baik, Polri yang lebih dekat dengan masyarakat, Polri yang dicintai masyarakat," katanya.

Sementara itu, La Ode selaku juara pertama merasa senang bisa memenangi festival tersebut.

"Alhamdulillah senang banget, dan senang banget kepolisian Indonesia bisa mengapresiasi seniman-seniman mural, khususnya di Indonesia. Dan disediakan wadah untuk berkompetisi," terang La Ode.

"Memang ada (polisi) yang baik juga. Tapi kebanyakan oknumnya kan bersikap negatif sehingga menjelekkan pihak kepolisian itu sendiri. Tapi itu oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan pangkat atau atribut mereka sebagai penegak hukum, sehingga mereka bisa sewenang-wenang terhadap masyarakat," sambungnya.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama pemenang pertama Bhayangkara Mural Festival 2021Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama pemenang pertama Bhayangkara Mural Festival 2021 (Foto: dok ist)

La Ode mengaku tidak ada tekanan saat melukis di markas kepolisian. Dia menjadi semakin yakin bahwa Polri antikritik.

"Kalau saya sih sebenarnya momen. Momen ketika dari pihak kepolisian sendiri menyediakan wadah buat mereka bisa dikritik dengan sebebas-bebasnya. Jadi dengan ada event ini jadi momentum untuk masyarakat. Apalagi kemarin lagi isunya mural yang kontroversial, jadi ini menunjukkan juga dari pihak kepolisian bahwa mereka tidak antikritik," imbuh La Ode.

Halaman 2 dari 3
(eva/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads