Lereng Gunung Abang kembali mengalami longsor yang cukup besar seusai gempa bermagnitudo (M) 4,8 di Bali. Longsor tersebut terjadi di ruas jalan Desa Buahan menuju Desa Terunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
"Ya (longsor lagi) tadi pagi. Sempat longsor di titik 1 sekira pukul 09.30 Wita," kata Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangli I Ketut Agus Sutapa kepada detikcom, Kamis (28/10/2021).
Komandan Kodim (Dandim) 1626/Bangli Letkol Inf I Gde Putu Suwardana mengatakan hampir setiap hari memang terjadi longsoran di lereng Gunung Abang. Hanya, longsoran tersebut kecil dan baru kali kembali terjadi yang cukup besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rupanya setiap hari di situ longsor terus itu, cuma kecil-kecil lah, kecil-kecil dan semakin hari semakin tipis, tapi selalu ada longsoran. Nah hari ini, itu muncul lagi dia yang besar-besar," jelasnya.
"Karena memang pada prinsipnya tempat itu dindingnya sudah sudah patah sebenarnya. Jadi tempat itu dulu setiap hujan tanahnya longsor, nah tanahnya habis sepertinya, tinggal batu-batunya saja. Batu-batu di atas itu sudah enggak ada pengikatnya," imbuh Dandim.
Suwardana mengatakan tanah di lereng tersebut memang sudah labil. Karena itu, pihaknya tidak kaget ketika longsoran kembali terjadi di lokasi tersebut.
"Setiap hari memang longsor sih, yang tadi itu agak gede dikit lah longsornya, mirip-mirip kayak gempa kemarin. Cuma kita kita enggak kaget, karena memang di sana tanahnya labil," tuturnya.
Suwardana mengatakan longsor yang terjadi kali ini memang sedikit menutup badan jalan, tapi tidak menyebabkan lalu lintas putus total.
Akibat sering terjadi longsor, pihaknya sebenarnya menutup jalur lalu lintas di bawah lereng Gunung Abang. Hanya, pihaknya kesulitan menutup secara total jalan tersebut karena tetap saja ada masyarakat yang melakukan pelanggaran.
Baca juga: 4 Fakta Tenggelamnya KM Liberty di Laut Bali |
"Kemarin kita (pasang) police line, kita palang pakai ekskavator, tetap saja masyarakat berusaha (melanggar). Pada prinsipnya secara resmi kita tutup, namun kita juga susah melarang aktivitas warga. Kan itu hanya satu-satunya jalan. Jadi mereka kucing-kucingan juga, enggak ada kita (aparat) mereka melintas," tutur Dandim.
Bahkan, saat dia melakukan patroli ke lokasi beberapa hari lalu, sudah ada bekas ban mobil yang melintas.
"Ya jadi enggak bisa kita melarang masyarakat karena susah juga. Kalau saya sama Kapolres (Bangli) sepakat untuk jalur itu ditutup tidak dibuka," ungkap Suwardana.
Menurut dia, saat ini akses yang aman sebenarnya dapat dilakukan melalui danau. Masyarakat Desa Terunyan dan Abangsongan sebenarnya sudah biasa melewati jalur danau tersebut menggunakan perahu.
"Yang sering lewat situ (area longsoran, (masyarakat) desa yang dekat-dekat situ, yang dekat jalur itu," jelas Suwardana.
(dwia/dwia)