Bahasa Proaktif

Kontemplasi Qalbu (11)

Bahasa Proaktif

Prof. Nasaruddin Umar - detikNews
Jumat, 29 Okt 2021 05:04 WIB
Nasaruddin Umar
Foto: Ilustrasi Mindra Purnomo
Jakarta -

Kebalikan dari bahasa reaktif, bahasa proaktif lebih optimis tetapi tetap santun. Contoh bahasa proaktif antara lain: "Insya Allah kita bisa berikhtiar lain..., Saya yakin saya bisa mengendalikan perasaanku di dalam menghadapi kenyataan..., Kita dengan dulu apa alasannya, Insya Allah kita bisa meyakinkan beliau, dan kata-kata diplomasi lainnya. Dari bahasa tubuh juga bisa dikenali seorang yang berkepribadian proaktif.

Contoh lainnya: "Aku bisa memisahkan diri dari diri sendiri & mengamati pikiran serta perbuatanku, Aku bisa memisahkan diri dari diri sendiri dan mengama tipikiran serta perbuatanku, Aku bisa mendengarkan suara hatiku untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, Aku bisa membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru", Aku punya kemampuan dan kemerdekaan untuk memilih".

Ia bersikap lembut dan akrab dengan siapapun tanpa memberikan pembedaan secara menyolok satu sama lainnya. Siapapun merasa hangat dengan sentuhan kata-kata dan pilihan kosa kata yang menyenangkan. Kepribadian proaktif ini mengingatkan kita kepada sosok Nabi Muhammad Saw, yang memiliki kemampuan untuk bersahabat dengan segala golongan umur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai dari anak-anak kecil sampai para tua bangka. Dalam riwayat disebutkan, Nabi tidak pernah melewati kerumunan anak-anak tanpa mengusap kepala anak-anak itu. Nabi juga suka bercanda dengan kakek-nenek yang berusia lanjut. Contoh candaan Nabi ialah ia pernah diminta seorang nenek untuk mendoakan dirinya masuk syurga, tetapi Nabi menjawab mohon maaf, nenek-nenek tidak bisa masuk syurga (la yadkhulul jannah 'ajuz). Sang nenek lalu menangis. Cepat-cepat Nabi mengatakan nenek memang tidak bisa masuk syurga karena nenek nanti akan masuk syurga dengan menampilkan umurnya lebih muda. Sang nenek lalu tertawa.

Sekitar 500 sahabat Nabi semuanya mengatakan akulah yang paling dicintai Nabi. Beberapa isteri Nabi tetapi semuanya mengatakan aku paling dicintai Nabi. Salah satu rahasianya ialah bahasa yang selalu ditampilkan Nabi ialah bahasa santun, lembut, diplomatis, fasih, tidak menyinggung perasaan, memberikan energi positip, bukan menakutkan, kasar, dan ngawur. Bahasa yang selalu digunakan Nabi ialah bahasa proaktif, dan hampir tidak pernah terdengar menggunakan bahasa reaktif.

ADVERTISEMENT

Yang paling penting ialah bahasa Nabi selalu keluar dari hati yang lembut dan pikiran yang jernih. Ia selalu memikirkan pilihan kosa kata yang akan digunakan sebelum diucapkan. Termasuk pemilihan intonasi dan lahjah bahasa yang sesuai dengan sang mukhathab (lawan bicara). Bukan hanya dalam bahasa lisan tetapi juga bahasa tulisan dan bahasa tubuh Nabi sama dengan bahasa lisannya yang istimewa. Karena itu, banyak sekali memilih seagama dengan Nabi Muhammad karena kehalusan budi pekerti dan kesantunan bahasa Nabi.

Jika bahasa proaktif sudah menjadi habit atau kebiasaan kita maka ternyata tidak terlalu susah mengamalkannya. Karena itu, pembiasaan menggunakan bahasa yang bukan hanya sopan dan santun tetapi juga proaktif, kepada anak-anak maka akan membuahkan hasil anak shaleh/shalehat. Jika terlambat maka sulit lagi untuk diubah. Umur paling bagus melatih anak-anak menggunakan bahasa proaktif ialah usia phalleage stage, yaitu usia antara 3 sampai 5 tahun.

Prof. Nasaruddin Umar

Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)

(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads