Pemerintah setempat mewanti-wanti agar masyarakat tidak mendaki Gunung Abang. Sebab, gunung tersebut 'retak' usai gempa mengguncang Bali beberapa waktu lalu.
Keretakan Gunung Abang itu terlihat dalam sebuah postingan yang merekam kondisi gunung pascagempa magnitudo 4,8. Video itu pun viral di media sosial (medsos). Dugaan keretakan tersebut tepat berada di jalur pendakian Gunung Abang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, dugaan keretakan itu belum dapat dipastikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangli. Rencananya dugaan keretakan itu akan dicek oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
"Kaitan ini mohon maaf tidak bisa kita komentarin ya, karena kondisi pasti di atas seperti apa kita tidak tahu. Mudah-mudahan besok katanya tim PVMBG tiba di lokasi sehingga bisa dianalisis," kata Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bangli, I Ketut Agus Sutapa, kepada detikcom, Selasa (19/10/2021).
Agus Sutapa belum berani memastikan keretakan yang terjadi di Gunung Abang. Namun menurutnya, peristiwa longsor sering terjadi di lereng gunung tersebut.
"Tapi kami tidak berani bilang itu ada retakan. Tapi kalau longsor susulan kemarin sore iya. Bahkan bongkahan batu besar juga turun dari titik satu longsoran. Dari titik awal itu," jelasnya.
Menurutnya, longsoran lereng Gunung Abang cukup berbahaya bagi masyarakat. Sebab ada sebanyak tiga desa yang berada tepat di kaki gunung tersebut, yakni Desa Teruyan, Desa Abang Songan, dan Desa Abang Batu Dinding.
Meski demikian, tidak semua rumah warga berada di zona rentan tertimpa longsoran. Banyak juga rumah warga yang berada di zona hijau atau zona aman dari bahaya longsornya Gunung Abang.
"Kan begini, ada yang masih di zona hijau permukimannya. Kalau yang longsoran ini jauh dari permukiman. Kecuali yang lima yang terdampak di (Desa) Teruyan, yang lainnya kan relatif jauh (dari) Gunung Abang yang rawan longsoran," jelasnya.
Aktivitas pendakian ditutup, simak selengkapnya di halaman berikut
Simak juga 'Imbauan Ma'ruf Amin Usai Bali Diguncang Gempa M 4,8':
BPBD Ingatkan Warga Tak Mendaki
Atas dugaan keretakan Gunung Abang ini, Agus Sutapa, menyarankan agar masyarakat tidak melakukan pendakian terlebih dahulu dahulu ke gunung tersebut. Terlebih, selain ada dugaan keretakan, Gunung Abang juga dalam situasi kering dan mudah terjadi kebakaran.
"Untuk sementara jangan (mendaki untuk sementara) karena situasi di sini juga kering dan rawan kebakaran. Janganlah dulu," ujarnya.
Untuk diketahui, Gunung Abang merupakan salah satu gunung di Bali yang terletak di antara dua kabupaten yakni Bangli dan Karangasem. Gunung tersebut bukan termasuk gunung merapi dan posisinya berdekatan dengan Gunung Api Batur.
Aktivitas Pendakian Ditutup Sementara
Aktivitas pendakian di Gunung Abang, Bali, ditutup sementara oleh Unit Pelaksana Tugas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Bali Timur. Penutupan dilakukan karena Gunung Abang mengalami keretakan pascagempa magnitudo (M) 4,8.
"Memang sudah ditutup sambil menunggu rekomendasi dari (PVMBG) Badan Geologi," kata Kepala UPT KPH Bali Timur I Made Warta saat dihubungi detikcom, Minggu (24/10/2021).
Warta mengatakan aktivitas pendakian di Gunung Abang ditutup sementara sejak Jumat lalu. Penutupan ini termasuk bagi masyarakat yang melakukan persembahyangan.
"(Ditutup) dari semenjak diketahui (retak). Hari Jumat tyang (saya) sudah tutup (pendakiannya) berdasarkan rekomendasi (Badan Geologi)," terangnya.
Selain retak, sebagian tanah di Gunung Abang mengalami penurunan sekitar 7-10 cm. Karena itu, Warta menegaskan bahwa kondisi Gunung Abang hingga saat ini masih sangat berbahaya. Terlebih masih sering terjadi reruntuhan tanah.
"Karena tadi pun masih ada setiap lima menit ada runtuhan-runtuhan, masih goyang tanahnya. Jalur pendakian terutama di pos 1," jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikut
Warta mengatakan pihaknya melakukan mitigasi bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KemenESDM). Mitigasi juga dilakukan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali dan BPBD Kabupaten Bangli.
"Tadi tyang juga mengadakan kegiatan mitigasi juga di sana bersama teman-teman relawan BPBD. Nah setelah kita naik kemudian melakukan kajian, dia (PVMBG) bawa alat alat, ternyata (situasi Gunung Abang) itu sangat membahayakan," kata dia.
Mitigasi dilakukan menggunakan alat sederhana, yakni dengan menutup retakan Gunung Abang dengan tanah. Kemudian dibuatkan jalur air lain sehingga tidak masuk dalam jumlah banyak ke retakan tersebut.
"Kita alirkan air itu jangan masuk ke celah itu. Begitu sarannya beliau (dari PVMBG) kemarin. Jadi lubang nike (itu) ditutup dulu pakai tanah kemudian kita alirkan tanah ke tempat lain," sebutnya.
"Tadi kami di sana dengan relawan, kemudian masyarakat, KPH, pemandu wisata melakukan kegiatan mitigasi, kita tutup dulu lubang (retakan) itu. Nah dari direkomendasikan ditutup (untuk pendakian). Nggih (termasuk bagi yang bersembahyang)," paparnya.
Warta menegaskan pihaknya belum mengetahui sampai kapan aktivitas pendakian Gunung Abang bakal dibuka kembali. Pihaknya masih menunggu hasil kajian lebih lanjut dari PVMBG Badan Geologi KemenESDM.
Sebelumnya, Bali diterjang gempa bumi magnitudo 4,8 yang berpusat di 8 km barat laut Kabupaten Karangasem pada koordinat 8,32 Lintang Selatan (LS) dan 115,45 Bujur Timur (BT). Gempa terjadi pada Sabtu (16/10) pukul 03.18.23 WIB di kedalaman 10 km.
Sebanyak tiga orang meninggal dunia akibat gempa tersebut. Selain meninggal dunia, sebanyak 7 orang juga mengalami patah tulang.
"Korban jiwa di Kabupaten Bangli 2 orang meninggal dunia. Kabupaten Karangasem 1 orang meninggal dunia, 7 orang patah tulang," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bali, I Made Rentin kepada detikcom, Sabtu (16/10).