Tentang Ataturk: Hancurkan Sistem Khilafah Turki, Jadi Inspirasi Sukarno

Tentang Ataturk: Hancurkan Sistem Khilafah Turki, Jadi Inspirasi Sukarno

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Senin, 18 Okt 2021 11:09 WIB
Perayaan 19 Mei 2019 Memoriam of Mustafa Kemal Ataturk, Youth and Sports Festival Izmir Konak Turkey. Republic Square.
Mustafa Kemal Ataturk (Getty Images/CasPhotography)
Jakarta -

Rencana nama tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk, dijadikan nama jalan di DKI Jakarta menuai kontroversi. Ataturk sendiri dikenal sebagai pelopor sekulerisasi di dunia Islam. Selain itu, Ataturk termasuk tokoh yang menjadi inspirasi Presiden RI pertama, Sukarno.

Dikutip dari buku 'Pemikiran Politik Islam' yang ditulis oleh Dr Muhammad Iqbal, Atarturk dilahirkan pada 1881 di Kota Salonika, Yunani sekarang. Ataturk dibesarkan dalam keluarga yang lekat dengan nilai-nilai religius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Ataturk pernah mengenyam pendidikan militer di sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Pendidikan militer inilah yang kemudian membentuk pemikiran-pemikiran Ataturk saat dewasa.

ADVERTISEMENT

Ataturk pernah diasingkan. Namun, dalam pengasingan politiknya ia terus merawat cita-citanya untuk melakukan revolusi di Turki. Pada 1924, gerakan Mustafa Kemal Ataturk menghancurkan khilafah Usmani dan menggantikannya dengan republik sekuler Turki.

Banyak tokoh Islam, di antaranya Abu Al-Kalam Azad, Muhammad Ali, dan Shaukat Ali, yang mengecam penghancuran sistem khilafah tersebut. Namun ada pula yang memuji Ataturk sebagai tokoh yang bisa melepaskan Turki dari dogmatisme.

Ataturk meninggal pada 10 November 1938 dengan perubahan besar di Turki. Dia bahkan dikenal sebagai Bapak Turki yang berjasa melahirkan Turki sebagai negara modern. Tetapi di sisi lain Ataturk juga dikecam sebagai pelopor sekulerisme di dunia Islam.

Sukarno Terinspirasi Ataturk

Meskipun kontroversial, Ataturk banyak menginspirasi tokoh dunia lain tentang pembentukan sebuah negara. Salah satu yang terinspirasi oleh Ataturk ialah Sukarno, Presiden RI pertama.

Dalam buku kumpulan tulisannya, 'Di Bawah Bendera Revolusi', Sukarno terpukau oleh gerakan pembaharuan di Turki yang dipelopori oleh Ataturk. Ataturk dinilai Sukarno berhasil menciptakan konsep nasionalisme di Turki. Nasionalisme Turki yang memisahkan agama dan negara inilah yang menjadi cikal bakal pemikiran Sukarno soal konsep negara Indonesia.

Ataturk untuk Nama Jalan di DKI

Sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Ankara, Muhammad Iqbal mengungkapkan Indonesia berencana mengganti salah satu nama jalan di daerah Menteng, Jakarta dengan nama tokoh Turki tersebut. Peresmian jalan itu mungkin dilakukan saat Presiden Turki mengunjungi Indonesia.

"Kami sudah meminta komitmen dari pemerintah DKI Jakarta untuk pemerintah memberikan nama jalan dengan founding father-nya Turki di Jakarta," kata Duta Besar Indonesia di Ankara, Muhammad Iqbal dalam acara Ngopi Virtual, Jumat (15/10/2021).

Iqbal mengaku sudah memberikan data terkait karakter hingga panjang jalan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Dalam hal ini, melalui wakil gubernur pada saat itu, sudah mengalokasikan salah satu jalan di daerah Menteng. Itu yang nantinya akan diberikan nama founding father Turki," kata Iqbal.

"Sesuai tata krama diplomatik, kita akan memberikan nama jalan di Jakarta dengan nama jalan Bapak Bangsa Turki. Yang akan menentukan nama jalannya bukan Pemerintah Indonesia dan juga bukan Pemda DKI," sambungnya.

Simak juga Video: Alasan India Tak Jadikan Sukarno Nama Jalan

[Gambas:Video 20detik]



Kontroversi Mengiringi

PKS DKI Jakarta menolak rencana tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk, menjadi nama jalan di Jakarta. PKS menilai Ataturk sebagai sosok kontroversial.

"Jika memang sangat merugikan dan menyakiti kaum muslim, lebih baik dibatalkan pemberian nama jalan tersebut," kata Ketua DPW PKS DKI Jakarta Khoirudin dalam keterangannya, Minggu (17/10/2021).

Anggota Komisi C DPRD itu menyoroti kontroversi Ataturk yang disebut merugikan muslim selama memimpin negara Turki. Salah satunya mengalihfungsikan Masjid Hagia Sophia dari masjid menjadi museum pada 1935.

"Sangat diktator, dia juga membuat kebijakan mengubah Masjid Hagia Sofia menjadi museum, mengganti azan berbahasa Arab dengan bahasa lokal, melarang jilbab dipakai di sekolah, kantor-kantor yang bersifat kepemerintahan," terangnya.

Penjelasan DKI

Pemprov DKI Jakarta angkat bicara perihal wacana Mustafa Kemal Ataturk menjadi nama jalan di Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan rencana ini merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dan pemerintah Turki.

"Jadi memang ada keinginan dari kita dan pemerintah Turki agar ada nama dari (tokoh) kita di Turki dan nama tokoh dari Turki (di kita)," kata Riza saat ditemui di Jalan Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur, Minggu (17/10).

Politikus Gerindra itu menjelaskan rencananya pemberian nama ini akan timbal balik, sehingga nantinya salah satu jalan di Turki diberi nama tokoh asal Indonesia.

Riza menyebut hal ini dilakukan demi mempererat kerja sama negara Indonesia dengan negara Turki.

"Jadi insyaallah bagian dari kerja sama antara Indonesia dan Turki," katanya.

Halaman 2 dari 3
(rdp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads