Akan Face Off di Bandung
Wajah Dini Hancur Tersiram Minyak
Selasa, 18 Apr 2006 08:30 WIB
Bandung - Dini Setia Utami (13) mungkin tidak akan menyangka lampu lentera yang berada di rumahnya itu akan membawa malapetaka. Karena lampu itulah kemudian wajah mulusnya menderita luka bakar hebat.Peristiwa itu terjadi pada Mei 1996 lalu di rumahnya di Kabupaten Kabaena, Sulawesi Tenggara. Saat itu, ibunda Dini, Lilis Siti Maesaroh (39), hendak menyalakan lampu lentera atau dikenal juga dengan lampu kapal. Tanpa disangka, lampu yang berisi minyak tanah itu meledak. Kontan saja, api beserta minyak panas itu menyambar tubuh Lilis dan kedua anaknya, Jajang Sudrajat serta Dini.Naas bagi Dini yang kala itu masih berusia 3 tahun. Wajah dan badannya melepuh. Daging dagunya menempel pada bagian dadanya. Daun telinganya juga melepuh. Kedua tangan dan badannya rusak berat. Nasib serupa juga dialami Jajang yang berusia 5 tahun. Namun, Jajang tidak bisa diselamatkan. Ia meninggal dunia keesokan harinya. Sementara kondisi ibunya, Lilis Siti Maesaroh, terkena luka bakar pada bagian kaki kanannya. "Saya bawa semuanya ke puskesmas pelabuhan di Buton. Itu butuh sehari semalam karena kami naik kapal kayu," ungkap ayah Dini, Surachmat (49), kepada detikcom saat ditemui di kediamannya, Jalan Hegarmanah Cikendi RT 04/03, Kecamatan Cidadap, Bandung, Selasa (18/4/2006). Saat dibawa, kondisi Dini sudah koma. "Mulutnya megap-megap," ucapnya lirih.Surachmat menuturkan, kondisi puskesmas di Buton terbilang sangat sederhana. Peralatan untuk mengantisipasi luka bakar kedua anak dan istrinya jauh dari cukup. Dari puskesmas ini kemudian Surachmat membawa keluarganya ke Kendari. Jarak dari Buton ke Kendari membutuhkan waktu sehari semalam. Jarak tempuh yang jauh ini membuat kondisi kedua anak dan istrinya semakin menderita. Setelah tiba di Kendari, pihak rumah sakit lokal, RSUP Kendari, menyatakan tidak mampu menangani luka bakar itu. Pihak rumah sakit merujuk ketiga korban luka bakar hebat ini dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangkusumo di Jakarta. Dari Kendari ke Jakarta dengan menggunakan kapal laut membutuhkan waktu 5 hari 4 malam. "Di RSCM operasi kurang lebih 4 kali. Selama 1 tahun itu pulang pergi Kendari-Jakarta," cerita Surachmat. Sekadar diketahui, Surachmat tinggal di Kabupaten Kabaena sebagai transmigran. Ia tinggal dan bekerja di perkebunan di sana sejak tahun 1995. Remaja Pendiam Sepuluh tahun musibah itu sudah dilalui. Kini Dini sudah beranjak remaja. Namun gadis kurus ini tidak banyak bicara. Ia terlihat lebih pendiam dibandingkan dengan gadis remaja seusianya. Dini juga tidak bersekolah. Ia hanya belajar menghitung, menulis dan membaca dari ibunya. Ia belajar di kelas di sebuah ruang tamu kecil ukuran 2 x 2 meter persegi. "Di usianya kini, ia agak minder. Jadinya jarang bergaul," tutur Surachmat.Akibat luka bakar itu, pendengaran Dini Setia Utami terganggu. Bicaranya tidak selancar anak-anak yang lainnya. Dini juga tidak mampu mengedipkan kedua matanya. Termasuk untuk memaksa agar kedua kelopak matanya mampu menutup. Jika tidur, otomatis kedua matanya tampak seperti melihat terus. Tidak jarang, Dini meneteskan air mata. Pascaluka bakar itu, kondisi kulitnya tak berkembang dengan baik. Lipatan-lipatannya tidak halus. Dini kerap merasa gatal. Akibatnya, luka borok kecil tampak terlihat pada bagian seputar telinganya. Luka bakar ini juga mengakibatkan pertumbuhan rambut di bagian kepalanya terganggu.Keluarga Dini bisa terbilang sangat sederhana. Boleh dikatakan tergolong sangat miskin. Rumah kecil itu hanya berstatus kontrak saja. Dari pengamatan detikcom, ruang-ruang rumahnya sangat sempit. Atap rumah hanya dilapisi seng. Sedangkan di bagian dinding rumah, terlihat bekas-bekas air hujan yang menempel. Kursi tamu hanya ada 3 buah. Itu pun sudah sobek dan sudah tidak terasa busanya. "Ia hanya ingin sekolah seperti anak umum yang lainnya saja. Ia juga punya cita-cita," ungkap Surachmat pelan. RS Hasan Sadikin Bandung berencana melakukan operasi total wajah (face off) terhadap Dini. Namun, kapan pelaksanaannya belum bisa dipastikan. Pihak rumah sakit masih akan melakukan sejumlah tahapan awal menjelang kegiatan tersebut.
(ton/)