Rocky Gerung memberikan pandangannya terkait isu komunisme yang kerap menjadi pembicaraan oleh masyarakat Indonesia. Rocky mengatakan sebetulnya ideologi komunisme tak bakal bangkit lagi, namun masyarakat Indonesia masih curiga terhadap komunisme.
Awalnya Rocky Gerung ditanya oleh moderator acara diskusi webinar terkait masa lalu hingga ancaman ke depannya terkait isu komunisme terhadap Indonesia. Rocky menyebut secara ideologi sebetulnya komunisme sudah selesai dalam sejarah.
"Kalau kita bertanya, apakah komunisme itu ideologi atau visi? Mana yang lebih lama bertahan? Konflik visi atau konflik ideologi? Konflik ideologi bisa selesai dalam sejarah, tapi konflik visi itu menetap. Tentu formal ideologinya (komunisme) selesai karena demokrasi gelombang ketiga berlaku di mana-mana. Tetapi ada visi yang menetap, yaitu violent, sifat violent dari komunisme, jadi visi itu tertinggal di dalam DNA atau memori kolektif kita," kata Rocky Gerung dalam diskusi, seperti disiarkan YouTube Gelora TV, Rabu (6/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rocky menyebut ideologi komunisme sudah kehilangan patronnya atau pendukungnya di dunia. Namun, menurutnya, fakta membuktikan masyarakat Indonesia masih takut terhadap kebangkitan komunisme, karena adanya kecurigaan terhadap visi komunisme.
"Komunisme itu kehilangan patron di dalam proyek dunia, tapi kita masih takut. Berarti ada visi di komunisme yang buat kita curiga terus," ucapnya.
Simak juga video 'Penjelasan Haris Azhar Soal Legalitas Tanah Rocky Gerung':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Rocky kemudian bicara alasan memori ketakutan terhadap komunisme akan tetap hidup di masyarakat. Menurutnya, komunismelah satu-satunya isu yang pernah membuat Indonesia terpecah belah.
"Banyak hal yang sebetulnya menimbulkan semacam ya kita sedikit pesimistis dengan yang disebut bahaya laten komunisme, secara akademis. Tetapi secara psikologis itu nggak mungkin dihilangkan dari memori kolektif kita, karena ya itu satu-satunya di dalam sejarah kita yang membuat kita terpecah sebagai bangsa. Kedalaman peristiwa itu tidak bisa dihilangkan sekadar dengan mengatakan ideologi sudah selesai, visi alive, visi bertahan," jelasnya.
"Ideologi untuk sementara berhenti sebagai isu, tapi visi jalan terus. Ini yang harus dipahami pembuat kebijakan dan pembuat opini publik yang mana yang jadi ancaman, the ideology atau the vision of the potential Chinese new kind of pakta atau emporium?" lanjutnya.