Pernyataan Kepala Bakomstra Partai Demokrat (KaBakomstra PD) Herzaky Mahendra Putra yang menyebut Megawati Soekarnoputri menggulingkan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari kursi Presiden RI dipersoalkan oleh PDIP. Begini kilas balik detik-detik Gus Dur lengser.
Mulanya, kedekatan Gus Dur dengan Megawati berawal setelah peralihan jabatan Presiden RI dari BJ Habibie. Pada 1999, Gus Dur mendapatkan mandat sebagai presiden. Habibie, yang saat itu memiliki kesempatan, menolak mencalonkan lagi sebagai Presiden.
Peralihan kekuasaan kala itu melewati sebuah pemilihan umum yang dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dua kandidat terkuat, yakni Gus Dur yang diajukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Megawati Soekarnoputri yang diajukan PDIP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rapat Paripurna
Rapat paripurna digelar pada 20 Oktober 1999. Melalui sebuah pemungutan suara, Gus Dur terpilih sebagai Presiden ke-4 RI dengan 373 suara, sedangkan Megawati mendapat 313 suara.
Namun, Gus Dur berhasil meyakinkan Megawati untuk maju dalam pemilihan calon wakil presiden. Sebelumnya, Gus Dur meminta mantan Panglima ABRI Wiranto tidak mengajukan diri menjadi cawapres. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
Lihat juga video 'PD ke Yusril: Kalau Demi Uang Jangan Bawa-bawa Demokrasi':
Gus Dur mendapatkan mosi tak percaya. Selengkapnya di halaman selanjutnya
Mosi Tak Percaya
Gus Dur memperoleh mosi tidak percaya dari MPR. Gus Dur diterpa sejumlah isu politik, yang salah satunya terkait dana Badan Urusan Logistik.
Namun, tiba-tiba Gus Dur malah mengeluarkan dekrit presiden. Begini poin-poinnya dekrit presiden:
(1) pembubaran MPR/DPR
(2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun
(3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR
Dekrit tersebut tak mendapatkan dukungan. Akhirnya, pada 23 Juli 2001 Gus Dur lengser, persis 20 bulan setelah menjadi presiden.
MPR menarik mandat yang diberikan kepada Gus Dur. MPR kemudian menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden menggantikan Gus Dur.
KaBakomstra PD Sebut Megawati Gulingkan Gus Dur
Sebelumnya, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Wanto Sugito, tak terima dengan pernyataan KaBakomstra PD, Herzaky Mahendra Putra, yang menyebut Megawati menggulingkan Gus Dur dari kursi Presiden RI. PDIP menuntut Demokrat meminta maaf atas pernyataan kadernya tersebut.
"Sebagai kader Banteng (PDIP), saya sangat tersinggung dengan pernyataan Saudara Herzaky, Jubir Demokrat. Selain ngawur, Herzaky tidak paham sistem politik saat itu di mana MPR RI kedudukannya sebagai lembaga tertinggi. MPR itu terdiri dari DPR RI dan DPD RI. Jadi kalau mau main tuduh, harusnya ke Amien Rais, bukan ke Ibu Megawati," kata Wanto dalam keterangannya, Selasa (5/10/2021).
Herzaky sudah meminta maaf terkait pernyataannya. Herzaky mengaku kepeleset lidah saat menyampaikan pernyataan Megawati menggulingkan Gus Dur.
"Saya ini pengagum Gus Dur dan NU. Saya juga hormat kepada Ibu Megawati sebagai mantan Presiden. Mohon maaf saya kepeleset lidah saat tanya jawab setelah konferensi pers," kata Herzaky saat dihubungi, Selasa (5/10/2021).