Denny Siregar tak tinggal diam. Dia kembali membalas cuitan Febri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gak usah sok lugu gitu deh, mas @febridiansyah. Saya tau anda orang pinter, kan gak mungkin tangan Nopel yang 'bersih' dan jabatannya tinggi itu langsung memecat seorang satpam. Tapi kita juga betapa kuatnya pengaruh Nopel waktu itu. Dan fakta ini jangan diabaikan," sebut Denny Siregar.
Febri kembali membalas Denny Siregar. Dia meminta Denny Siregar membuktikan ucapannya.
"Mulai melintir kan? Kemarin anda @Dennysiregar7 bilang Novel yang mecat. Sekarang bicara pengaruh Novel. Memecat itu berbeda dengan pengaruh. Jabatan Novel tinggi? Ga juga. Ia bahkan bukan Pejabat Struktural. Di atasnya ada 3 level sampai Pimpinan. Coba buktikan fitnah tentang Novel yang pecat satpam," ucap Febri Diansyah.
Sorotan Febri Diansyah soal Isu Bendera dengan 'Taliban'
Febri Diansyah kemudian menyampaikan pendapatnya perihal isu bendera yang dikaitkan dengan Novel Baswedan dkk yang baru dipecat KPK. Menurut Febri, isu ini sengaja dimunculkan oleh pihak tertentu.
"Isu bendera ini semakin membuktikan 58 Pegawai KPK yang disingkirkan adalah korban. Terbukti, bendera yang diinfokan sedemikian rupa seolah-olah simbol 'taliban' di KPK, ternyata tidak berada di meja kerja 58 Pegawai KPK tersebut. Semakin membuktikan, begitu murahan isu 'taliban' itu," kata Febri Diansyah.
"Dugaan saya, pihak yang singkirkan 58 Pegawai KPK sedang panik. Narasi murahan tentang 'taliban' diruntuhkan oleh pernyataan Kapolri yang justru membuka pintu untuk para Pegawai KPK tersebut. Tapi karena ga ada isu lain yang bisa dipakai menyerang 58 Pegawai KPK, ya apa boleh buat yang basi diolah lagi," imbuhnya.
Menanggapi cuitan Febri, Novel Baswedan turut bicara melalui akun Twitternya. Novel menyebutkan isu radikal kerap menjadi framing dari koruptor.
"Sejak awal sudah kita sampaikan bahwa isu radikal dan sebagainya adalah framing para koruptor agar aman berbuat korupsi. Mereka bisa saja bayar orang-orang untuk buat tulisan di medsos. Sekarang koruptor semakin aman & terus garong harta negara. Kasihan masyarakat Indonesia, koruptor makin jaya," kata Novel.
(dhn/fjp)