Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) meluncurkan program Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Yatim, Piatu, dan Yatim Piatu Terdampak COVID-19. Program ini nantinya akan berjalan menggunakan dana APBD Provinsi, selain itu juga menggalang bantuan dari berbagai lembaga dan individu filantropi.
Peluncuran program dilakukan pada acara Temu Pimpinan Aspirasi Masyarakat (Tepas): Kick Off Perlindungan dan Jaminan Sosial Anak Yatim, Piatu dan Yatim Piatu Akibat COVID-19 di Plaza Gedung Sate, Kota Bandung pada Selasa (28/9).
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan pihaknya terus mendorong bantuan bagi anak-anak yang menjadi korban COVID-19. Uu menyebut berdasarkan data terbaru jumlah anak yang perlu ditolong karena orang tuanya meninggal akibat COVID-19 ada 7.222 anak yang tersebar di 27 kabupaten/kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, anak yang kehilangan orang tuanya perlu diperhatikan dan disantuni. Hal ini sesuai dengan Visi Jabar Juara Lahir Batin, salah satunya dengan mengharap berkah dari anak- anak yatim piatu.
"Kegiatan hari ini membuktikan Pemda Provinsi Jawa Barat peduli terhadap anak yatim, piatu, dan yatim piatu sebagai amanat undang- undang," ujar Uu dikutip dari laman resmi Pemprov Jabar, Rabu (29/8/2021).
Selain mengandalkan APBD, Uu menjelaskan program Perlindungan dan Pemberdayaan Anak Yatim, Piatu, dan Yatim Piatu Terdampak COVID-19 akan menggandeng sejumlah lembaga filantropi. Adapun lembaga tersebut di antaranya Forum Zakat (FoZ), Bank bjb, Bank BRI, Yayasan Rumah Yatim Piatu, ASN Peduli Jabar, Yayasan Pikiran Rakyat, Asosiasi Pengusaha Sahabat Anak Indonesia (APSAI), Baznas Provinsi Jawa Barat, Kita Bisa Indonesia.
Ada juga Forum CSR Jawa Barat, Yayasan Kawal Masa Depan, PT Taspen, Forum BUMD, Ikatan Alumni ITB, Ikatan Alumni Unpad, Himpunan Pengusaha Muda, dan PT Pos Indonesia. Ia pun mendorong pihak lain, baik lembaga maupun individu yang ingin ikut berpartisipasi dalam program ini.
"Harapan kami lembaga lainnya juga memberi perhatian serupa. Kami pun berterima kasih kepada lembaga-lembaga yang sudah peduli," terangnya.
Uu juga mengajak warga Jabar yang memiliki kemampuan dan harta berlebih agar mau menjadi orang tua angkat bagi anak-anak korban COVID-19. "Saya berharap (warga) jadilah bapak ibu angkat, jadilah orang tua angkat bagi anak yang membutuhkan perhatian, biaya, dan lainnya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Jawa Barat Dodo Suhendar menambahkan program ini bertujuan untuk menjamin kebutuhan dasar bagi anak-anak, seperti pendidikan, kesehatan, termasuk santunan yang sifatnya jangka pendek. Menurutnya upaya pemberdayaan akan disesuaikan dengan rentang usia anak mulai dari SD, SMP, hingga SMA.
Bagi yang sudah di berusia 18 tahun ke atas, lanjut dia, akan diupayakan melanjutkan kuliah atau jika tidak kuliah akan diberi keterampilan. Dodo menjelaskan program ini juga menyasar istri yang suaminya meninggal COVID-19 dan harus menghidupi anaknya seorang diri.
"Termasuk ibunya akan diberdayakan, namanya program Perempuan Rawan Sosial Ekonomi. Mereka akan diberdayakan, dilatih. Kalau mereka punya kemampuan akan diberikan alat dan modal," pungkasnya.
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Sahabat Anak Indonesia (APSAI) Feny Mustafa mengatakan pihaknya akan terus berupaya mendukung jalannya program. Sehingga anak- anak kurang beruntung tersebut bisa tubuh menjadi generasi andalan di masa depan. Sebagai perkumpulan pengusaha yang cinta anak-anak, Feny berjanji akan menghimpun bantuan dari pengusaha yang lain yang sifatnya jangka panjang.
"Kami akan menghimpun pengusaha-pengusaha untuk berkontribusi memberikan beasiswa. Kami juga akan membuat program seperti lomba-lomba untuk anak- anak untuk membangkitkan motivasi," tandasnya.
(fhs/ega)