Satgas Penanganan COVID-19 mengungkap soal virus Corona varian R.1 yang dideteksi di Kentucky, Amerika Serikat (AS). Ternyata COVID-19 varian R.1 itu ditemukan pertama kali di Jepang.
Juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan varian tersebut ditemukan di Jepang oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Dia mengatakan varian itu telah menyebar di sejumlah daerah di Negeri Paman Sam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Varian R.1 pertama kali teridentifikasi oleh WHO pada Januari 2021 di Jepang dan diketahui telah menyebar di beberapa wilayah di Amerika Serikat saat ini," kata Prof Wiku dalam siaran langsung di kanal YouTube BNPB, Selasa (28/9/2021).
Dia mengatakan saat ini WHO masih mengamati varian tersebut. Dia meminta masyarakat tetap waspada.
"Saat ini varian R.1 masih tergolong varian under monitoring oleh WHO sehingga perlu ditindaklanjuti dengan monitoring lebih lanjut sebagai prinsip kehati-hatian," ucapnya.
Wiku mengingatkan masyarakat untuk taat protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19 mengingat pandemi belum berakhir.
"Kemunculan kembali varian baru semestinya menjadi pengingat bagi kita bersama bahwa COVID-19 belum sepenuhnya hilang dari dunia ini," ucap dia.
"Untuk itu, sikap yang paling bijak ialah konsisten menerapkan protokol kesehatan di seluruh aspek kehidupan tanpa harus takut berlebihan," tambah Wiku.
Varian R.1 Menarik Perhatian
Kemunculan varian R.1 menarik perhatian dunia, khususnya AS. Pasalnya, varian ini belum lama ditemukan di sebuah panti jompo di Kentucky, AS. Varian ini juga diketahui telah menyebar di 47 negara bagian di sana.
Varian R.1 ini disebut-sebut diidentifikasi pertama kali di AS pada bulan Maret lalu. Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 26 pasien dan 20 perawat positif terinfeksi virus Corona. Sebanyak 28 spesimen yang diteliti dari kasus tersebut ternyata terinfeksi varian R.1.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak Video: Potensi Penularan Varian Covid-19 R.1 yang Tengah Merebak di AS
Risiko Penularan Varian R.1
CDC mengungkapkan risiko penularan dari varian R.1 ini jauh lebih tinggi pada orang yang tidak divaksinasi COVID-19. Bahkan laporan CDC juga menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 masih kurang efektif untuk melawan varian R.1 ini.
"Risiko penularan varian R.1 terhadap pasien yang tidak divaksin tiga kali lebih tinggi dari mereka yang telah divaksinasi," bunyi laporan CDC yang dikutip dari Prevention, Jumat (24/9).
Varian R.1 ini merupakan salah satu varian Corona yang memiliki beberapa mutasi, salah satunya adalah mutasi D614G. Mutasi ini sudah terbukti mampu meningkatkan kemampuan penularan virus. Meski belum pasti, varian ini diduga lebih menular daripada varian Corona lainnya.
Sikap WHO
WHO belum mengkategorikan varian R.1 ini ke dalam variant of concern (VoC) ataupun variant of interest (VoI). Jika sebelumnya varian R.1 ini dikategorikan sebagai 'alert for further monitoring', kini varian tersebut masuk sebagai 'variant under monitoring'.
Dalam daftar pantauan varian COVID-19, WHO menyebut varian R.1 ini pertama kali terdeteksi pada Januari 2021 di 'multiple countries'. Tetapi, banyak juga sumber yang mengatakan bahwa varian ini muncul pertama kali di Jepang, sehingga disebut sebagai 'varian asal Jepang'.