Legislator PD: TNI Kerja Keras Kontribusi Pengamanan Ideologi Pancasila

Legislator PD: TNI Kerja Keras Kontribusi Pengamanan Ideologi Pancasila

Eva Safitri - detikNews
Selasa, 28 Sep 2021 04:14 WIB
Jakarta -

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyatakan bukti komunis masih ada di Indonesia terkhusus di institusi TNI, dilihat dari hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus). Legislator Partai Demokrat Rizki Natakusumah menilai harus ada observasi dan kajian untuk menyatakan pandangan tersebut.

"Harus ada observasi yang menyeluruh sebelum memvonis apakah ada paham komunisme di tubuh TNI atau tidak. Perlu ada kepakaran khusus mengenai kajian ideologis dan struktur TNI sebagai lembaga militer untuk bisa membedah susupan paham menyimpang. Tidak akan mudah untuk menyatakan bahwa TNI sudah dirasuki pandangan terlarang," kata Rizki, kepada wartawan, Senin (27/9/2021).

Anggota Komisi I ini tidak sepakat dengan pernyataan Gatot. Menurutnya justru TNI sudah banyak berkontribusi dalam pengamanan ideologi pancasila.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejauh ini pengamatan kami adalah TNI sudah banyak berkontribusi pada pengamanan ideologi Pancasila. Perlu upaya yang sangat keras untuk bisa menginfiltrasi jati diri pancasilais TNI," ujarnya.

Soroti Hilangnya Patung di Maskostrad

Namun, Rizki menyoroti hilangnya patung di Museum Darma Bhakti, Kostrad. Rizki menilai patung-patung iyu merupakan sejarah perjalanan bangsa yang seharusnya tidak perlu disingkirkan.

ADVERTISEMENT

"TNI sebagai tameng ideologi Pancasila seharusnya memantapkan posisinya, bukan malah menyingkirkan sejarah hidup bangsa. Seluruh satuan di TNI tidak boleh kendor menjaga Pancasila dan TAP MPR No. 25 tahun 1966 yang melarang komunisme," ujarnya.

Menurut Rizki, tidak alasan untuk menyingkirkan patung bersejarah itu. Apalagi patung tersebut merupakan tokoh negara. Rizki mengatakan patung-patung itu penting bagi generasi saat ini.

"Patung bersejarah di markas Kostrad merupakan lambang perjalanan bangsa. Tidak ada alasan apa pun untuk menyingkirkan pesan masa lalu tersebut dari salah satu kantor penting di TNI," ujarnya.

"Memang Kostrad mau kejadian kelam serupa terulang kembali? Apalagi generasi sekarang banyak yang tidak mengalami secara langsung pemberontakan PKI. Sudah sepatutnya TNI menjadi lembaga publik yang mengingatkan pentingnya peran tokoh negara seperti Letjen Sarwo Edhie dan Jenderal AH Nasution kepada bangsa ini," lanjut Rizki.

Rizki akan meminta keterangan lebih lanjut saat rapat dengan TNI. Menurutnya, polemik ini harus segera diselesaikan sehingga tidak dimanfaatkan oleh segelintir kepentingan.

"Dari Komisi I kami akan meminta keterangan TNI dan Kostrad akan kejadian ini. Kami harus segera menyelesaikan polemik ini agar tidak ada pihak-pihak tak bertanggung jawab yang memanfaatkan kontroversi ini," tuturnya.

Adapun patung yang hilang itu adalah patung Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD).

Simak selengkapnya di halaman berikut

Gatot Sebut Hilangnya Patung Itu Tanda Ada Paham Komunis di Tubuh TNI

Gatot Nurmantyo sempat mengklaim komunisme telah menyusup ke tubuh TNI. Dia menyampaikan hal tersebut lewat acara webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9) kemarin. Awalnya Gatot menceritakan terkait sejarah pemberontakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.

Gatot lantas memberikan bukti-bukti masih adanya PKI di Indonesia lewat insiden perusakan museum Kostrad. Dia menyebut dalam museum tersebut terdapat sejumlah bukti peristiwa penumpasan komunisme, seperti patung yang dihilangkan.

"Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga 7 pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana, dan khusus id ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya. Saya tadinya tidak percaya tapi saya utus seseorang yang tidak bisa saya sebutkan di sana dan memfoto ruangan itu dan dapatkan foto dari video itu yang terakhir sudah kosong," katanya.

Dia menyebut insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI.

"Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," tuturnya.

Dudung Nilai Tuduhan Gatot Keji

Dudung menegaskan hal itu adalah tuduhan yang keji. Dudung mengatakan patung itu kini telah diambil kembali oleh AY Nasution. Pengambilan patung itu karena alasan pribadi atas izin Dudung.

"Patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad, yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) memang sebelumnya ada di dalam museum tersebut. Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI AY Nasution (2011-2012)," kata Dudung dalam keterangan yang diterima detikcom, Senin (27/9/2021).

"Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," lanjut Dudung.

Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G30SPKI. Dudung menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.

"Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," kata Dudung.

Halaman 3 dari 2
(eva/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads