Diran (60) sehari-hari hidup bersama gerobak rongsoknya. Dari pukul 09.00 WIB hingga malam sekitar 19.00 WIB, ia berkeliling mengais rezeki dari hasil rongsokan yang ia kumpulkan.
"(Mencari rongsokan) ke sono aja, ke Ciganjur. Kadang ke Srengseng Sawah, ke Tanah baru. Nanti Isya pulang," kata Diran saat ditemui detikcom di Jalan Bungur Raya, Beji, Depok pada Minggu (19/9/2021).
Ditemui detikcom pada Minggu (19/9) sore, Diran tengah menyandarkan gerobaknya di Jalan Bungur Raya sambil beristirahat. Bajunya setengah basah karena kehujanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampak tumpukan kardus, botol plastik, dan kaleng di dalam gerobak kayunya. Namun, ia tak sendirian, melainkan ditemani sang istri dan cucu hidup bersama gerobak.
"Sama cucu ini. Sama si ibu (istri Diran) nungguin di gerobak," ujarnya.
Tiga tahun sudah Dinar rutin memarkirkan gerobak rongsoknya di jalan itu. Saat dirinya berkeliling mencari rongsok, sang istri dan cucu menetap di gerobak. Menunggu Dinar kembali dengan hasil rongsokannya.
"Gerobak di sini terus tiap hari. Saya jalan nyari botol plastik, kardus, sama kaleng-kaleng. Tapi kalau jalan mah kadang ibu enggak kuat jalan jauh, jadi nungguin gerobak di sini," kata Dinar.
Penghasilan Tak Menentu
Penghasilan Dinar tak pasti, bergantung dari berat karung yang ia panggul. Meskipun begitu, ia mengatakan bahwa sehari ia mendapatkan penghasilan sebesar Rp30-80 ribu.
"Ya tergantung, ini kan belom penuh ini (gerobak rongsok). Dari tadi saya juga dari jam 09.00 berangkat, baru segini. Paling 30-40 ribu ini. (Maksimal) palingan Rp70-80," ujarnya.
Namun, uang jerih payahnya baru bisa ia terima setiap minggu. Apabila sedang dalam keadaan tak punya uang, ia berutang kepada si bos.
"Ya kalau buat makan, nge-bon. Kadang-kadang nge-bon. Kadang (utang) Rp 100 ribu nanti dipotong (pendapatan). Kalau belum dapat penghasilan kita nge-bon dulu," katanya.
Selama ini, Dinar dan keluarga tinggal di Jalan Kelinci, Beji, Depok. Di sana, ia tinggal bersama anak-anak dan cucunya di bawah atap bangunan semi permanen.
"Ikut bos. Bos rongsok. Ada pengepulnya di situ ada gubuk, bedeng-bedeng. Ya seadanya lah itu muat bertiga," kata pria paruh baya itu.
Simak di halaman selanjutnya
Tinggal di Bedeng
Ia menceritakan bahwa lima dari tujuh anaknya ikut tinggal bersamanya di 'bedeng'. Kebanyakan dari mereka juga bekerja serupa dengan Dinar.
"(Anak) Udah pada berkeluarga yang lima, kalau yang duanya belom. Iya (tinggal) sama anak-anak saya. Itu besan di situ sama saya. Banyak sih tujuh keluarga di situ. Nyari juga (memulung) sih anak saya mah," kata dia.
Selama ini, ia mengaku tak jarang mendapat bantuan finansial dan kebutuhan pangan dari orang sekitar. Ia dan keluarga terbuka dengan bantuan itu.
"Iya itu kadang-kadang ada yang ngasih beras suka ada makanan juga kadang-kadang," ucapnya.