Negatif Flu Burung
BBVet Denpasar mengecek penyakit infeksius tersebut melalui pemeriksaan histopatologi. Kemudian hasil tes polymerase chain reaction (PCR) juga menunjukkan bahwa satwa tersebut negatif dari penyakit flu burung.
Karena itu, Santiarka hingga kini belum mengetahui kepastian penyebab kematian burung-burung tersebut. Ia hanya bisa menduga bahwa burung tersebut mati karena kondisi alam, yakni berupa hujan deras dan angin kencang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kemungkinan pada saat hujan lebat tersebut ada gas, gas beracun, terutama yang terhirup oleh burung-burung tersebut. Di samping itu, karena terlalu banyak diguyur air, jadi dia agak keselek (tersedak)," katanya.
Dugaan Kekurangan Oksigen
Dia menduga burung mati massal karena asupan oksigen kurang. Tetapi hal ini masih sebatas dugaan.
"Terlalu banyak numpuk juga burungnya. Jadi kan asupan O2 atau asupan oksigen kurang. Jadi bisa saja karena kekurangan O2 juga dia mati. Di samping itu juga kemungkinan juga bisa matinya karena habis makan-makanan yang beracun," kata dia.
Karena belum diketahui kepastian penyebab kematian burung-burung tersebut, Santiarka berharap kepada Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk mencari tahu lebih jauh.
"Ya kita berharap sih begitu (dicari tahu lagi). Tapi nanti terserah labnya apakah mau diteliti lebih lanjut apa nggak. Kalau kita hanya menebak-nebak gitu kan, enak, pas. Dibilang hanya burungnya habis makan makanan beracun, tapi di mana dia dapat makanan beracun. Kan kita tidak bisa mengetahui," paparnya.
(isa/fas)