Keberanian dalam Islam disebut syaja'ah yang wajib dimiliki para muslim. Al Quran dan hadits sudah mengatur bentuk keberanian yang harus ada dalam jiwa tiap umat Nabi Muhammad SAW.
"Berani yang dituntut agama (Islam) adalah berani yang berkonotasi positif, yakni berani membela kebenaran," tulis dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKnH) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) Marzuki.
Dalam tulisan berjudul Seri Pendidikan Karakter Islami: Berani Membela Kebenaran tersebut, Rasulullah SAW juga telah mengingatkan bentuk keberanian bagi muslim. Berikut haditsnya,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW berkata, "Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Keberanian dalam Islam disebut syaja'ah berperan penting saat seorang muslim menghadapi bahaya, kesulitan, atau kondisi buruk lain. Sifat berani mendorong muslim tetap bersikap benar, bijaksana, dan mampu mengendalikan emosi.
Marzuki menjelaskan, ukuran berani bagi muslim dapat dilihat dari segi olah jiwa. Para muslim bisa mencontoh sikap syaja'ah Rasulullah SAW dalam tiap kisahnya. Nabi SAW menjadi bukti pengolahan jiwa yang baik merupakan modal sikap berani.
"Nabi SAW adalah pemberani sejati yang selalu menegakkan kebenaran meski dihina, dicela, bahkan disakiti kafir Quraisy. Beliau tetap berpegang pada kebenaran dan berani mempertahankannya tanpa takut risiko," tulis Marzuki.
Menyimpulkan dari penjelasan sebelumnya, bentuk keberanian bagi muslim ada tiga jenis. Berikut penjelasannya,
Bentuk keberanian dalam Islam yang disebut syaja'ah
a. Keberanian menghadapi musuh saat perang
Allah SWT dalam Al Quran memperingatkan hambaNya yang memilih kabur saat perang. Ancaman ini dapat dilihat dalam surat Al Anfal ayat 15-16,
15. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا لَقِيتُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ ٱلْأَدْبَارَ
16. وَمَن يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُۥٓ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَآءَ بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَمَأْوَىٰهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Arab latin:
15. Yā ayyuhallażīna āmanū iżā laqītumullażīna kafarụ zaḥfan fa lā tuwallụhumul-adbār
16. Wa may yuwallihim yauma`iżin duburahū illā mutaḥarrifal liqitālin au mutaḥayyizan ilā fi`atin fa qad bā`a bigaḍabim minallāhi wa ma`wāhu jahannam, wa bi`sal-maṣīr
Artinya:
15. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur)."
16. "Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya."
b. Keberanian menegakkan kebenaran
Bentuk keberanian ini memang bukan hal yang mudah. Namun Nabi SAW telah menjelaskan, bentuk keberanian ini menghadapi penguasan zalim adalah jihad paling utama. Berikut haditsnya,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Artinya: "Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim." (HR Abu Daud).
c. Keberanian mengendalikan hawa nafsu
Patut jadi catatan, hawa nafsu tidak mungkin dihilangkan karena menjadi bagian dari manusia. Seorang muslim hanya bisa mengendalikan sehingga bisa mengantarnya pada ridho Allah SWT, bukan hal negatif.
Pentingnya pengendalian hawa nafsu untuk menjadi jiwa yang tenang telah diingatkan Allah SWT dalam QS al Fajr ayat 27-30,
27. يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ
Arab latin: yā ayyatuhan-nafsul-muṭma`innah
Artinya: "Hai jiwa yang tenang."
28. ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
Arab latin: irji'ī ilā rabbiki rāḍiyatam marḍiyyah
Artinya: "Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."
29. فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى
Arab latin: fadkhulī fī 'ibādī
Artinya: "Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,"
30. وَٱدْخُلِى جَنَّتِى
Arab latin: wadkhulī jannatī
Artinya: "masuklah ke dalam surga-Ku."
Semoga Allah SWT memberi kesempatan, nyali, dan ridho untuk mempraktikkan bentuk keberanian dalam Islam yang disebut syaja'ah ini ya detikers.
(row/erd)