Pengamat Terorisme Diminta Tidak Lempar Asumsi Aksi Balasan Teroris

Tim detikcom - detikNews
Senin, 13 Sep 2021 21:13 WIB
Ilustrasi Terorisme (Zaki Alfarabi/detikcom)
Jakarta -

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib menilai penangkapan terduga teroris Abu Rusydan bisa memicu aksi balasan. Pandangan Ridlwan ini dinilai sebagai asumsi yang tidak konstruktif.

"Sayangnya, beberapa orang yang mengaku pengamat terorisme masih saja mengeluarkan asumsi-asumsi yang tidak konstruktif," kata direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi dalam keterangan tertulis, Senin (13/9/2021).

Pernyataan Islah ini menyikapi apa yang dikatakan oleh Ridlwan Habib yang menganggap penangkapan Abu Rusydan bisa memicu aksi balasan dari Jamaah Islamiyah pada Minggu (12/9) lalu. Menurut Ridlwan, Abu Rusydan adalah figur yang sangat terkenal di kelompoknya dan banyak memiliki pengikut secara online, yang selama ini bisa memicu lone wolf.

Islah menilai asumsi itu mengganggu produktivitas dan efektivitas kerja Densus 88. Selain itu, asumsi Ridlwan dinilai bisa memicu ketakutan.

"Pernyataan seperti ini bisa mengganggu produktivitas dan efektivitas kerja Densus 88, selain juga bisa menimbulkan efek ketakutan di tengah masyarakat," kata Islah.

Dia menjelaskan, pernyataan pengamat yang menimbulkan rasa takut seperti ini, terbukti disambut oleh Menteri Luar Negeri Jepang dengan seruan pada Senin (13/9/21) agar warga Jepang menjauh dari tempat ibadah dan fasilitas gedung yang identik dengan Barat karena adanya ancaman bom bunuh diri.

Islah menyarankan agar para pengamat tidak mengeluarkan asumsi sembarangan. Apalagi saat ini sedang pandemi.

"Lebih baik jika tidak memiliki fakta eskalasi ancaman teror yang potensial, lebih baik tidak mengeluarkan pernyataan dan asumsi sembarangan, karena dampak buruknya bagi masyarakat akan sangat terasa, terlebih pada saat pandemi seperti sekarang," tuturnya.

Sementara itu, Kabag Ban Ops Densus 88 Kombes Aswin Siregar mengatakan semua tindakan Densus 88 selalu menempatkan keamanan publik sebagai prioritas utama.

"Densus 88 tidak pernah berhenti bergerak, baik dalam pencegahan maupun penindakan," ujar Aswin.




(rdp/tor)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork