Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) merilis buku ke-22 yang berjudul 'Hadapi dengan Senyuman'. Peluncuran buku ini bertepatan dengan syukuran ulang tahunnya yang ke-59.
Bamsoet menjelaskan lewat buku ini ia ingin mengajak seluruh anak bangsa untuk tetap semangat dan optimis dalam melewati situasi sulit akibat pandemi COVID-19. Sekaligus mewaspadai potensi munculnya penyebaran radikalisme.
Menurutnya, masa pandemi dapat menambah tekanan dan beban masyarakat sehingga bisa saja memicu tumbuhnya radikalisme sebagai solusi instan dan pelarian dari berbagai himpitan persoalan hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ditambah fakta sosiologis bahwa kita ditakdirkan menjadi bangsa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, menjadikan kita berada dalam posisi rentan dari ancaman potensi konflik. Dalam perjalanan sebagai sebuah bangsa, sikap intoleransi terhadap keberagaman selalu mewarnai kehidupan kebangsaan," ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (11/9/2021).
Lebih lanjut ia mencontohkan penyelenggaraan kontestasi politik atau pemilu yang sering kali memanfaatkan politik identitas sebagai alat perjuangan. Hal ini dinilainya dapat menimbulkan polarisasi masyarakat bahkan hingga pemilu usai dilaksanakan.
Dalam peluncuran bukunya di kantor Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat, Jakarta, Jumat (10/9) lalu, Ketua DPR RI ke-20 ini menegaskan dengan kemajemukan yang bangsa Indonesia miliki, ditambah kondisi geografis sebagai negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah menjadikan RI sebagai 'center of gravity' bagi kepentingan komunitas global.
Kondisi ini bisa membuat Indonesia rentan terkena pengaruh dan infiltrasi asing. Agar kedaulatan terjaga, lanjut dia, penghormatan terhadap nilai kebhinekaan dalam bingkai NKRI menjadi syarat mutlak.
"Mengelola keberagaman tidak seharusnya dimaknai dengan memaksakan keseragaman, tetapi lebih pada penghormatan terhadap adanya perbedaan. Karena dari 270 juta rakyat Indonesia, yang terdiri dari 1.340 suku, menggunakan 733 bahasa, serta menganut 6 agama dan puluhan aliran kepercayaan, masing-masing mempunyai kearifan lokal, keunikan, dan ciri khas tersendiri," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan yang diperlukan dalam mengelola kemajemukan adalah kesamaan persepsi dan cara pandang dalam menyikapi keberagaman. Diungkapkannya keberagaman harus dipandang sebagai kekayaan yang menyatukan, bukan perbedaan yang memisahkan.
"Kesamaan pandangan ini penting, mengingat Indonesia dengan 270 juta penduduknya, memiliki tingkat heterogenitas yang luar biasa dari berbagai sudut pandang, baik latar belakang ekonomi, sosial, politik, serta adat istiadat dan budaya," pungkas Bamsoet.
Sebagai catatan, selain buku 'Hadapi dengan Senyuman', Bamsoet juga telah menerbitkan sejumlah buku, di antaranya 'Negara Butuh Haluan' (2021), 'Cegah Negara Tanpa Arah' (2021); 'Save People Care for Economy' (2020), 'Tetap Waras. Jangan Ngeres' (2020), 'Solusi Jalan Tengah' (2020), 'Jurus 4 Pilar' (2020), 'Akal Sehat' (2019), 'Dari Wartawan ke Senayan' (2018), 'Ngeri-Ngeri Sedap' (2017), 'Republik Komedi 1/2 Presiden' (2015), 'Indonesia Gawat Darurat' (2014), '5 Kiat Praktis Menjadi Pengusaha No.1' (2013), 'Presiden dalam Pusaran Politik Sengkuni' (2013), dan 'Skandal Bank Century di Tikungan Terakhir' (2013).
(mul/mpr)