Demo Buruh Kalah Militan dari Pekerja Korsel
Kamis, 06 Apr 2006 14:38 WIB
Jakarta - Demo buruh di Indonesia dinilai kalah militan dibanding aksi yang dilakukan pekerja di Korea Selatan (Korsel). Namun meski hampir tiap bulan menggelar demo, pekerja di Korsel lebih unggul dalam produktivitas. Gajinya?"Penurunan daya saing dan unjuk rasa tidak kaitannya, pekerja di Korsel rata-rata sebulan sekali demo, dan demonya (kita), wuihh!!! kalah militan dengan pekerja di Korsel, tapi tingkat produktivitas di Korsel luar biasa dan daya saing luar biasa. Itu saya anggap sebagai contoh tidak ada relevansi mogok dengan daya saing pekerja," kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris.Hal itu diungkapkan Fahmi usai membuka rapat kerja Departemen Perindustrian (Depperin), di Gedung Bidakara, Jalan Gatot Subroto, Jakata, Kamis (6/4/2006).Menurut Fahmi, daya saing dipengaruhi tiga hal. Pertama, etos kerja. Kedua, pendidikan dan pelatihan. Ketiga, lingkungan. "Dari akumulasi inilah yang melahirkan tingkat daya saing," ucap Fahmi.Fahmi juga berjanji masalah buruh ini sudah bisa diselesaikan sebelum 1 Mei yang merupakan hari buruh sedunia. Target penyelesaian tuntutan buruh ini juga untuk mengantisipasi ancaman demo besar-besaran pada 1 Mei nanti."Kalau titik temu sudah diformulasikan tentu dengan sendirinya demo berhenti. Seyogianya sebelum 1 Mei berhenti," janji Fahmi.Fahmi mengingatkan demo besar-besaran yang melibatkan banyak pekerja memberi dampak negatif kepada produktivitas pabrik.Sebenarnya, ungkap Fahmi, revisi UU Ketenagakerjaan baru muncul dalam tripartit summits 2005. Saat itu semua unsur, yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah menilai perlu adanya revisi UU tersebut.Buntut DemoFahmi juga menjelaskan, buntut demo yang berlangsung di sejumlah kota pada Rabu kemarin 5 April telah membuat sejumlah pabrik tutup.Fahmi mengaku mendapat laporan tiga perusahaan tekstil di Jawa Barat selama dua hari menghentikan operasinya karena pekerjanya melakukan demo ke Jakarta."Beberapa industri sudah mengeluhkan bahkan sudah ada yang menutup untuk sementara karena pekerjanya ke Jakarta," papar mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini.
(ir/)