Kisah Putra Anak Asuh Ashanty, Korban Kebakaran Lapak Pemulung di Tangsel

ADVERTISEMENT

Kisah Putra Anak Asuh Ashanty, Korban Kebakaran Lapak Pemulung di Tangsel

Nahda Rizki Utami - detikNews
Kamis, 02 Sep 2021 15:18 WIB
Muhammad Saputra (14) pernah jadi anak asuh Ashanty, kini tak punya rumah karena peristiwa kebakaran
Muhammad Saputra (14) pernah jadi anak asuh Ashanty, kini tak punya rumah karena peristiwa kebakaran. (Nahda Rizki Utami /detikcom)
Jakarta -

Kebakaran di lapak pemulung di Jurangmangu Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), menghanguskan ratusan bangunan semipermanen. Salah satu korban kebakaran adalah Muhammad Saputra (14).

"Yang pertama aku panik, nggak tahu mau ngapain dan harus nyelamatin barang-barang, tapi nggak semuanya. Kondisinya aku lagi tidur. Bangun sendiri karena denger teriakan," jelas Putra di lokasi kebakaran, Jurangmangu Timur, Tangsel, Kamis (2/9/2021).

Kebakaran itu terjadi pada Rabu, (25/8) pukul 03.00 WIB. Putra mengatakan tinggal bersama adik, kakak, serta kakak iparnya.

"Aku tinggal sama kakak, kakak ipar, sama adik. Sempat adik yang kecil ketinggalan, umur 3 tahun. Terus balik ambil dokumen, kayak KK-KTP, diambil. Kalau ijazah hangus, sepeda, mesin cuci, lemari isi baju baju habis. Iya (buku-buku sekolah) itu semuanya habis. Sekolah aku punya buku satu. Cuma satu doang," tambahnya.

Api menghanguskan seluruh bagian rumah Putra. Pemadam kebakaran juga tidak sempat menghentikan api yang semakin besar.

"Putra sih nggak nyalahin pemadam ya, karena tiga lapak yang kebakar. Kalau satu lapak masih keburu. Pemadam itu nggak harus masuk dulu kan. Karena yang di depan apinya gede banget, pemadam itu masuk ke rumah Putra lama banget. Jadi rumah Putra sudah hangus," cerita Putra.

Putra juga bercerita dirinya pernah berjualan cilok selama tiga tahun saat masih sekolah. Saat ini Putra harus memikirkan cara bertahan hidup.

"Itu pas Putra menanjak ke dewasa, masih mikirnya ya jualan, sekolah, jualan, sekolah. Terus sekarang sudah nambah dewasa juga ya Putra harus mikirin ke depannya gimana," jelas Putra.

"Keluar dari pondok pesantren, aku ambil sekolah paket dan bantu-bantu. Itu jualan cilok tiga tahun. Sekarang lagi berhenti karena pandemi. Jualan ciloknya kadang pulang dulu ke rumah, kadang langsung, jadi bawa dagangannya," sambung dia.

Simak cerita Putra selengkapnya di halaman selanjutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT