Sindrom MRKH membuat Dita Anggraeni, 29 tahun, tidak dapat memiliki anak dari rahimnya. Keadaan ini tidak membuatnya menyerah untuk menjadi orang tua dan mengurus anak-anak.
"Saya memang tidak melahirkan anak dari rahim. Tapi saya melahirkannya dari hati saya ," ujar Dita saat ditemui pekan lalu. MRKH adalam sindrom langka dengan kondisi organ reproduksi perempuan tidak berkembang sempurna.
Dita begitu terpukul ketika mengetahui untuk pertama kali dirinya mengalami sindrom MRKH. Kodratnya untuk melahirkan seorang anak seakan sirna. Impiannya untuk merasakan kehamilan dan membesarkan anak dari rahimnya sendiri seakan tidak akan terwujud.
Penelitian terhadap Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH) memang belum banyak. Sindrom ini pun merupakan kasus langka, terjadi satu di antara 4.500-5.000 kelahiran. "Waktu yang saya perlukan untuk menerima sindrom MRKH itu tidak sebulan dua bulan sih. Perempuan mimpinya apa sih? Menikah, punya keturunan sendiri," kata Dita.
Butuh waktu cukup lama bagi Dita untuk menerima kenyataan, bahkan menurutnya hingga saat ini masih suka berpikir kenapa bisa terjadi padanya. "Awal saya didiagnosa pada saat mengetahui sindrom MRKH itu hancur banget," terangnya.
Baca juga: Saya Perempuan Tanpa Rahim |
Dita bahkan sempat hampir mundur untuk berumah tangga dengan kekasihnya saat itu. Hubungan bertahun-tahun dengan kekasihnya pun putus, padahal mereka sudah merencakan untuk menikah. "Gimana sih kita sudah tahu di depan ada jurang. Terus kita mau masuk ke jurang itu," kata Fahmi Ibrahim, 34 tahun.
Keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah pada 2012 lalu dengan komitmen bahwa mereka bisa menjadi orang tua untuk anak-anak yang lain. Dita dan Fahmi lalu mendirikan Laskar Bintang sebuah yayasan untuk anak yatim dan dhuafa.
Juga membuat Rumah Anak Bumi di tahun 2014 untuk mencurahkan kasih sayang mereka bagi anak-anak di Desa Cikuda, Parung Panjang, Bogor. Mereka memberikan pendidikan Bahasa Inggris, pelatihan melukis, dan pelatihan merajut.
Setelah lima tahun membangun rumah tangga, keduanya akhirnya dipertemukan dengan calon anak mereka. "Alhamdulillah saya (akhirnya) dapat satu anak perempuan," kata Dita. Bermula dari ada orang tua yang secara ekonomi tidak mampu lalu mempercayakan anaknya kepada Dita dan Fahmi.
Anak itu diberi nama Starla Kiana Senja, Starla artinya bintang. Kiana artinya berkah Tuhan. Senja karena lahirnya sore hari. Proses kelahiran Kiana memang diurus Dita dan Fahmi, bahkan sejak proses hamil. Meski demikian, Dita dan Fahmi tidak memutuskan hubungan Starla dengan ibu kandungnya. "Kalaupun suatu saat Kiana diambil lagi sama orang tuanya, ya sudah memang itu bukan punya kita. Hanya titipan," tutup Dita.
(isf/gah)