Epidemiolog memberikan wanti-wanti kepada Indonesia soal kemungkinan melonjak lagi kasus virus Corona (COVID-19). Bisa saja, September menjadi waktu Corona kembali memuncak.
Awalnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut masih banyak kasus di RI yang belum terdata. Padahal, dari data yang diterima, terjadi penurunan kasus harian serta kasus kematian karena Corona.
"Diindikasikan masih banyak kasus yang tak terlacak, tak terdiagnosa, dan terjadi kematian di rumah atau perjalanan menuju rumah sakit," tulis Kemenkes dalam laporan mingguannya, seperti dikutip detikcom pada Jumat (27/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat dari pernyataan tersebut, pakar epidemiologi mengingatkan kurangnya deteksi dini kasus Corona dapat meningkatkan angka kematian hingga lonjakan kasus Corona.
"Masih sangat banyak kasus yang tidak terdeteksi dan sekali lagi test positivity rate kita mau 2 tahun kita masih selalu di atas 10 persen, dan jangankan lebih dari setahun ya, sebulan saja test positivity rate itu dampaknya luar biasa pada kasus di masyarakat dan pada kematian," kata epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, kepada wartawan, Jumat (27/8/2021).
Dicky mengingatkan bahwa Indonesia belum lepas dari Corona varian Delta. Dia juga berbicara kemungkinan lonjakan kasus Corona kembali terjadi pada pertengahan September jika tidak dilakukan mitigasi.
"Sepertinya kita belum selesai krisis Delta dan saya sampaikan potensi lonjakan baru ada di pertengahan September ini kalau mitigasinya masih seperti ini dan angka kematian juga ada potensi meningkat tentu biasanya 3 minggu setelah lonjakan," jelas Dicky.
Baca juga: Tetap Waspada COVID-19 Saat Pelonggaran PPKM |
Lonjakan kasus Corona itu, kata Dicky kemungkinan akan terjadi di Pulau Jawa dan Bali pada daerah dengan cakupan testing masih rendah.
"Dari Jawa pun masih ada terutama di pedesaan dan perkampungan yang masih belum mencapai status test positivity rate 8 persen yang disebut moderat, ini yang menjadi permasalahan, ini yang akan membuat kondisi krisis ini menjadi pandemi kita lama nih dan nanti naik turun, terutama yang akan dilihat dan dirasakan masyarakat adalah banyaknya kematian karena di sisi lain vaksinasi belum menjangkau separuh dari penduduk sehingga kematian ini yang akan terjadi," tutur dia.
Simak juga video 'Temuan WHO: Seperempat Penyintas Corona di Dunia Alami Long Covid-19':
Kenaikan Kasus COVID Bisa Kapan Saja
Juru bicara Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Jodi Mahardi mengatakan kapan pun bisa terjadi. "Potensi kenaikan kasus COVID-19 akan selalu ada dan kapan pun bisa terjadi," kata Jodi saat dihubungi, Sabtu (28/8/2021).
Jodi mengatakan, berdasarkan pengalaman pemerintah menangani pandemi, untuk mengurangi kenaikan kasus, harus dilakukan isolasi terhadap warga yang positif dan dipisahkan dengan warga yang negatif. Selain itu, pemerintah akan melakukan upaya testing dan treatment terhadap warga.
"Terkait testing, kita terus mendorong upaya testing dan treatment, utamanya tracing kontak erat yang dibantu oleh tim TNI dan Polri sehingga dapat dideteksi secara dini," imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan tingginya angka kasus di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, Jodi mengatakan saat ini sedang dilakukan perbaikan data, terutama yang tidak terlaporkan. Ia berharap persoalan terlambat pelaporan data dapat diselesaikan.
"Perlu diingat bahwa saat ini sedang dilakukan perbaikan data yang selama ini tidak dilaporkan oleh berbagai daerah. Maka dari itu, angkanya masih tinggi. Harapannya, semua data yang tidak dilaporkan dapat segera habis dan data-data pasien yang sudah lewat 14 hari bisa terverifikasi sehingga kita akan punya data riil," ujarnya.