Keberhasilan Taliban menguasai Kabul dan menggulingkan Pemerintahan Ashraf Ghani menuai pro dan kontra. Terkait hal ini, Wakil ketua DPD RI Sultan B Najamudin meminta pemerintah tidak terburu-buru untuk mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.
Sultan mendorong agar pemerintah memantau segala perkembangan eskalasi politik yang terjadi guna mengantisipasi risiko di masa depan.
"Pemerintah perlu wait and see dulu, sambil tetap mewaspadai dan mengantisipasi segala potensi gangguan keamanan dalam negeri," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (25/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan tradisi dan konstitusi Indonesia menjunjung nilai kemanusiaan universal. Serta mendukung upaya perdamaian dunia. Sehingga RI mengecam segala pendekatan diplomatik yang menjurus pada perilaku penjajahan atau imperialisme oleh dan terhadap bangsa apapun.
"Sebagai bangsa yang pernah mengalami suasana keterjajahan oleh imperialisme asing, kita tentu sangat prihatin dan berempati dengan konflik perang saudara yang terjadi di beberapa negara akibat perebutan pengaruh negara asing," terangnya.
Di sisi lain, Sultan juga mengingatkan dalam suasana peringatan kemerdekaan, hendaknya Indonesia bersyukur dan terus berupaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Ia meminta agar masyarakat tidak ikut terpengaruh dengan konflik negara lain, apalagi sampai menyebabkan segregasi dan polarisasi sosial politik di dalam negeri.
"Mari kita jaga kekuatan persatuan dan kohesi sosial yang telah kita bangun, terutama dalam masa pandemi ini. Ini modal sosial yang mahal dan langka di era sekarang," katanya.
Namun demikian, Mantan Wakil Gubernur Bengkulu ini mendorong pemerintah untuk turut terlibat aktif dalam mewujudkan ketertiban dan perdamaian di Afghanistan. Mengingat warga sipil Afghanistan merupakan korban konflik yang wajib disantuni.
"Sebagai negara mayoritas Islam terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk berperan sebagai mediator bagi kelompok-kelompok Politik di Afganistan, sehingga tidak perlu terjadi pertumpahan darah lebih lanjut pasca ditariknya pasukan AS," tukasnya.
(ega/ega)