Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan ada tiga fenomena besar yang menandai masuknya abad 21. Apa saja 3 fenomena yang dimaksud oleh Muhaimin?
"Di awal abad ke-21 ini paling tidak ditandai tiga fenomena besar. Pertama, banyaknya kemajuan teknologi baru, terutama teknologi informasi yang merubah cara kerja dan pola pikir kita, pola kerja dan pola sosial yang baru," kata Muhaimin dalam keterangan tertulis, Jumat (20/8/2021).
Saat menyampaikan Pidato Kebangsaan 50 Tahun CSIS secara virtual, kemarin, ia melanjutkan fenomena kedua adalah hubungan antara agama dan Barat atau hubungan agama dan ekonomi. Bahkan Agama dianggap sebagai hambatan karena kekerasan dan fundamentalisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal Abad 21 ini kita menghadapi ketegangan-ketegangan yang sangat nyata, di mana agama menjadi kekuatan yang dahsyat, realitas kekuatan yang besar, sekaligus memiliki kenyataan fakta negatif dimana agama dianggap sebagai hambatan karena kekerasan dan fundamentalisme," tuturnya.
Apalagi di Eropa, lanjut Muhaimin, pengalaman menunjukkan agama terutama Islam dianggap ancaman, dan islamofobia menjadi fakta.
"Banyak kepala negara yang menang di Eropa itu karena kampanye anti Islam. Sementara di sisi yang lain, memang muncul gerakan radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam di berbagai belahan dunia," ucap Muhaimin.
Fenomena ketiga, kata Wakil Ketua DPR RI itu adalah kemajuan pasar dan ekonomi yang mendikte semua. Menurutnya, negara kaget dengan kemajuan ekonomi pasar. Seperti halnya kemajuan e-commerce yang begitu cepat.
"Fenomena ketiga kemajuan pasar dan ekonomi yang mendikte semuanya. Kemajuannya sangat cepat sekali," katanya.
Karenanya, Muhaimin berharap hubungan teknologi, agama dan kebijakan ekonomi pasar berjalan dengan baik sehingga semuanya berjalan dengan baik.
"Kita berharap hubungan tiga hal ini, teknologi, agama, dan kebijakan ekonomi ini benar-benar bisa berjalan dengan baik," tuturnya.
Selain menyinggung tiga fenomena besar, Muhaimin juga menyampaikan soal penanganan pandemi COVID. Menurutnya di masa pandemi ini masyarakat menghadapi masa-masa sulit. Tapi masa ini harus dilihat sebagai kesempatan untuk restarting, Reinstal tata cara pengelolaan negara.
"Pemerintah harus kembali me-manage tata kelola pemerintahan dan tata kelola kehidupan. Pertama, pemerintah harus menyiapkan sistem ekonomi yang inklusif dengan memberi ruang gerak pada usaha ekonomi kecil menengah," imbuhnya.
Lebih lanjut, Muhaimin mengatakan, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Indonesia ke-76, ini harus menjadi momentum untuk re-setting politik dan resetting ekonomi.
"Resetting politik yang pertama adalah merubah peran negara yang lebih inklusif. Tidak ada pilihan kecuali kita membangun politik kesejahteraan yang mengedepankan politik inklusif yaitu mengedepankan persatuan dan keadilan sosial, agar resetting itu betul-betul ada pijakan," ungkapnya.
Menurut Muhaimin, Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan, pertama menghadapi krisis pangan, kedua menghadapi pengangguran yang sangat besar, ketiga harus betul-betul menyiapkan energi alternatif bagi masa depan bangsa terutama mahalnya sumber-sumber energi yang sudah dijual ke negara lain.
"Yang paling pokok adalah keterpurukan sistem pendidikan nasional akibat pandemi ini sehingga SDM kita benar-benar agak mengkhawatirkan," ungkapnya.
Oleh karena itu, Muhaimin menuturkan harus menghadirkan pangan yang memadai, sehingga tidak hanya cukup untuk dalam negeri tapi juga bisa jadi kekuatan di tingkat global.
"Kita memiliki tenaga kerja yang banyak di bidang pertanian dan ini bisa mengurangi persoalan pengangguran di Indonesia. Kemudian kita harus menyiapkan energi baru dan terbarukan, kita punya potensi untuk alternatif energi tingkat nasional maupun global," ujarnya.
"Soal pendidikan, di tengah sulitnya mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan seperti 'Kampus Merdeka' tapi yang perlu kita lakukan bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan paling bawah," sambungnya.
Lihat juga video 'Kata LAPAN soal Fenomena Surya Pethak yang Diprediksi Akan Terjadi':