Pembangunan tahap pertama Kampung Susun Akuarium di Pasar Ikan, Jakarta Utara sudah diresmikan Gubernur DKI Anies Baswedan. Namun belakangan, warga yang pernah tinggal di lahan yang digusur itu meminta jatah hunian.
Ketua Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri sekaligus koordinator warga Kampung Akuarium, Dharma Diani menjelaskan, pada Kamis (19/8) kemarin, ada warga bekas gusuran Kampung Akuarium datang dan menanyakan soal hunian. Namun Diani mengatakan tidak ada cekcok antar warga terkait Kampung Susun Akuarium.
"Bukan cekcok, kan dia tinggal di Rusun Cakung, terus dia datang ke sini nanyain dapat nggak, ya kita kasih penjelasan, belum bisa. Kan tahap 1 baru untuk yang di shelter. Yang bertahan di shelter itu kan ada. Jadi kalau cekcok nggak, cuma kasih penjelasan," ujar Diani, kepada wartawan, Jumat (20/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diani mengatakan usai digusur lima tahun lalu, warga Kampung Akuarium 'terbelah' dalam artian ada yang keluar dari kawasan tersebut dan memilih direlokasi ke Rusun Cakung. Namun ada yang bertahan dengan memperjuangkan dibangun permukiman lagi.
Diani mengatakan sebelum digusur ada 240 warga yang memiliki aset bangunan. Namun yang bertahan tinggal 103 warga. Mereka lah yang dijanjikan Anies untuk dibuatkan 'kampung' seperti semula.
"Kalau mereka mau jujur sama proses kami, kami ada rapat, kami di sini ada tim kerja, kita dulu pernah bilang, saat mereka nggak mau balik ke sini nggak apa-apa, kita nggak maksa, kita anggap rusun bagian dari shelter. Kalau kita menghilangkan hak mereka, nggak mungkin. Tapi kalau mau berproses, mau sabar, kita mengajukan kembalinya kampung dengan 240 pemilik pembangunan. Kalau belum terealisasi ya nggak bisa maksa juga," tuturnya.
"Karena kita bertahan, kita nggak ambil rusun, kita nggak punya air, listrik, kita menggugat, kalau kita duluan yang dapat, pantas nggak? Tapi kalau dihilangkan nggak, kita mengajukan 241, tapi bertahap. Dananya dicari. Kebetulan yang selesai baru 107. Kebetulan warga yang di shleter ada 103, tapi kelebihan ada 4, nggak mungkin dimaksimalin untuk warga semua, karena ada koperasi, unit usaha, kalau dia maksa minta satu, fair nggak buat yang lain?" sambung Diani.
Shelter itu sendiri didirikan sebagai tempat penampungan sementara bagi warga Kampung Akuarium yang kena gusur. Shelter itu dibangun 2018 lalu.
Diani mengatakan, jika warga bekas gusuran yang kini tinggal di Rusun Cakung mau dapat hunian, harus bersabar. Sebab pembangunan tahap pertama diprioritaskan buat warga yang selama ini menetap di shelter.
"Dia kasih penjelasan 'kan gue punya rumah dulunya'. Saya juga ada rumah (dulu), tapi kan pada tahap 2 mungkin dapat, kalau sekarang ya nggak bisa, orang jumlahnya terbatas. Dulu kan pengajuan 241," jelas Diani.
"Tapi kan kita nggak pernah menghilangkan hak itu, hanya kebetulan pembangunannya pakai tahap. Tahap 1 dan tahap 2. Kalau cekcok nggak ada, kami baik-baik aja. Kalau bahasanya 'elo, gue' ya memang kita ngomongnya begitu, jadi nggak ada cekcok sama sekali," tegas Diani.
Diani mengatakan, warga yang sudah memilih tinggal di rusun juga ada yang tidak mau balik ke Kampung Akuarium. Alasannya, lanjut Diani, ada yang sudah memiliki usaha sampai biaya sewanya terjangkau.
"Ada warga yang merasa hidup kita juga sudah seneng di sini, ada juga yang begitu, di sini bisa nemu usaha, jadi dia nggak mau balik ke sini. Karena bahasanya subsidi jadi mereka nggak keberatan misalnya," jelas dia.
Target pembangunan tahap 2 ditargetkan rampung tahun 2022 mendatang. Diani mengatakan untuk skema pembayaran di Kampung Susun Akuarium masih digodok.
"Kalau seperti rusunawa tidak, ada skema yang lagi dikaji, tapi kalau gratis nol rupiah juga nggak mungkin, namanya juga gedung bersama, itu yang kita siapkan, lebih ke biaya perawatan, nanti akan diresmikan skemanya," ujar Diani.