Ciuman Massal Bali, Dari Sembuhkan Sakit Hingga Cari Jodoh
Jumat, 31 Mar 2006 15:34 WIB
Denpasar - Awalnya Raja Puri Oka marah besar melihat rakyatnya menggelar omed omedan (saling cium). Tak dinyana Raja yang sakit justru sembuh setelah melihat upacara hot tersebut. Kini tradisi itu dijadikan ajang mencari jodoh.Kepala Adat Banjar, Wayan Sunarya menceritakan, tradisi omed omedan itu merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya ritual ciuman massal itu dilakukan di Puri Oka. Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda. Ceritanya, pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Sang raja sudah mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh. Pada Hari Raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed omedan. Saking antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda mudi. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.Dengan berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan. Anehnya melihat adegan yang panas itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya. Ajaibnya setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala. Raja lalu mengeluarkan titah agar omed omedan harus dilaksanakan tiap hari raya nyepi. Namun pemerintah Belanda yang waktu itu menjajah gerah dengan upacara itu. Belanda pun melarang ritual permainan muda mudi tersebut.Warga yang taat adat tidak menghiraukan larangan Belanda dan tetap menggelar omed omedan. Namun tiba-tiba ada 2 ekor babi besar berkelahi di tempat omed omedan biasa digelar. "Akhirnya raja dan rakyat meminta petunjuk kepada leluhur. Setelah itu omed omedan dilaksanakan kembali tapi sehari setelah Hari Raya Nyepi," kata Wayan Sunarya kepada wartawan, Jumat (31/3/2006).Pada zaman Belanda, omed omedan dilakukan dengan cara saling berangkulan. Namun seiring perkembangan zaman para peserta omed omedan lebih berani dan tak lagi saling rangkul tapi juga saling cium. Awalnya hanya cium pipi, tapi sejak 3 tahun lalu, ciuman telah berubah menjadi ciuman bibir. "Sampai Nyepi tahun kemarin masih ciuman bibir. Hari ini saya sudah memberikan nasihat pada anak-anak untuk tidak melakukan ciuman," Wayan Sunarya. Menurut Sunarya, tidak jarang usai omed omedan muda-mudi Banjar menemukan jodoh. Sunarya sendiri mengaku bertemu jodoh saat melakukan tradisi hot itu. "Istri saya orang yang dulu saya cium," tuturnya tersipu. Terkait RUU APP, warga Banjar akan melakukan pertemuan dengan pemerintah Bali agar omed omedan tidak dilarang. "Kami tidak berani untuk tidak melaksanakan permainan ini karena sudah menjadi tradisi," tandas Sunarya.
(iy/)